Apa itu NASAKOM? Mungkin sebagian dari kawantur masih bertanya-tanya apa sih itu NASAKOM? Apa tujuan dibentuknya NASAKOM? lantas siapa juga yang mencetuskan itu? Nah, kalau kalian sedang mencari info tentang itu semua, kawantur berada ditempat yang tepat, karena kali ini mintur akan bahas itu semua. Jadi gausah lama-lama lagi yuk simak artikel ini selengkapnya.
Daftar Isi
ToggleSejarah NASAKOM
Dalam pengertian paling mendasar, NASAKOM adalah singkatan dari nasionalis, agama, komunis. Istilah ini sempat menjadi polemik saat Indonesia berada pada masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959 – 1965. NASAKOM sendiri dicetuskan oleh sang proklamator, Ir. Soekarno, sebuah konsep pemikiran Bung Karno mengenai penyatuan tiga haluan besar pada masa itu yaitu nasionalisme, agama, komunisme.
Gagasan ini sebenarnya sudah terlintas dipikiran Bung Karno sejak 1926, tahun yang sama pada saat Soekarno mendeklarasikan pendirian Parnai Nasional Indonesia (PNI). Pada saat itu juga, Soekarno pernah menuangkan pemikirannya mengenai 3 pilar utama ini dalam surat kabar Soeoleh Indonesia Moeda edisi 1926:
“Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, inilah asas-asas yang dipegang teguh oleh pergerakan-pergerakan rakyat di seluruh Asia, Inilah faham-faham yang menjadi rohnya pergerakan-pergerakan di Asia. Rohnya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia kita ini”
Pada masa Pergerakan Nasional, Soekarno mempunyai harapan agar 3 aliran besar politik tersebut bisa menjadi kekuatan yang satu sebagai pilar-pilar kebangsaan Indonesia maka dari itu, Soekarno berharap ada wadah organisasi yang bisa menjadi wadah yang menaungi masing-masing dari ke-tiga pilar tersebut. Hal ini semakin diyakini Soekarno setelah mengetahui bahwa pemenang dari pemilu 1955 adalah partai-partai politik yang mewakili tiga ideologi tersebut. Ketiganya adalah PNI (golongan nasionalis), Masyumi dan Nahdlatul Ulama (golongan agama), serta PKI (golongan komunisme).
Pilar pertama adalah golongan nasionalis yang diwakili oleh IP (Indische Partij) yang merupakan organisasi pergerakan yang dibentuk tahun 1912 oleh tiga orang yang lebih dikenal sebagai “tiga serangkai, mereka adalah Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, dan Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagau Ki Hajar Dewantara.
Pilar kedua merupakan kelompok agamis yang diwakili oleh umat islam sebagai agama mayoritas yang ada. Sarekat Islam yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto adalah organisasi yang bisa merepresentasikan kalangan agama ini
Pilar ketiga yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). Semaoen adalah orang pertama yang menjadi ketua umum dari partai ini. Pada masa ini komunis belum menjadi sebuah paham yang terlarang sehingga, PKI pun belum menjadi organisasi yang terlarang
Tujuan Dibentuknya NASAKOM
Konsep tiga pilur ini sempat terabaikan oleh Soekarno hingga, dicetuskannya kembali setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1956. Bung Karno beralasan karena, sistem Demokrasi Parlementer menurutnya tidak cocok untuk negara Indonesia. Menurutnya juga, sistem Demokrasi Parlementer itu melindungi sistem kapitalisme karena parlemen dikuasai oleh kaum borjuis, dan tidak akan bisa memakmurkan rakyat (Zulkifri Sulaeman, 2010)
“Di dalam Demokrasi Parlementer, tiap-tiap orang bisa menjadi raja, tiap-tiap orang bisa memilih, tiap-tiap orang bisa dipilih, tiap-tiap orang bisa memupuk kekuasaan untuk menjatuhkan menteri-menteri dari singgasananya” – Soekarno.
Sebagai pengganti dari Demokrasi Parlementer, Soekarno mempunyai gagasan untuk menggantinya dengan “Demokrasi Terpimpin”. Demokrasi yang baru inilah menurut Soekarno akan berpondasi kepada tiga pilar utama yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM)
Namun ternyata, ide Soekarno ini menuai berbagai kontroversi, tidak semua kalangan setuju akan adanya ide Demokrasi Terpimpin serta Nasakom ala Soekarno ini. Mohammad Hatta yang pada saat itu menjadi wakil presiden, ternyata menjadi salah satu orang yang tidak setuju terhadap gagasan tersebut. Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya yang berjudul In Memoriam: Mengenang yang Wafat (2002) “NASAKOM berarti bekerja sama dengan PKI dan Hatta kurang cocok dengan itu”.
Bagi Bung Hatta, Demokrasi Terpimpin menjadikan kekuasaan negara terlalu berpusat terhadap presiden, dan itulah yang kemudian terjadi. Hatta pun kemudian mundur dari jabatannya sebagai wakil presiden karena menurutnya Soekarno sudah semakin otoriter (Syarif, 1996). Konsep Demokrasi Terpimpin akhirnya diterapkan juga oleh Soekarno beserta dengan gagasan NASAKOM-nya. Pada saat peringatan hari Kemerdekaan RI tahun 1961, Bung karno menyatakan bahwa NASAKOM merupakan perwujudan Pancasila dan UUD 1945 dalam politik.
“Siapa yang setuju kepada Pancasila, harus setuju kepada NASAKOM, siapa yang tidak setuju kepada NASAKOM, sebenarnya tidak setuju kepada Pancasila. Sekarang saya tambah, siapa yang setuju kepada Undang-Undang Dasar 1945, harus setuju kepada NASAKOM, siapa yang tidak setuju kepada NASAKOM, sebenarnya tidak setuju dengan Undang-Undang Dasar 1945. ” – Soekarno (Aritonang, 2004).
Keruntuhan Rezim Orde Baru dan Berakhirnya NASAKOM
Terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September (G30S) 1965 membuat kepemimpinan Soekarno mulai goyang. Banyak demo masyarakat yang menuntut Partai Komunis Indonesia di bubarkan. Tuntutan tersebut tertuang dalam apa yang kita kenal sebagai Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat). G30S merupakan awal dari runtuhnya rezim Orde Lama yang dipimpin Soekarno. Berakhirnya Rezim Orde Lama ini sekaligus berakhir pula masa-masa Demokrasi Terpimpin dan NASAKOM-nya. Setelah kekuasaan Soekarno benar-benar terkikis, rezim Orde Lama kini digantikan oleh rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Pada masa kepemimpinan Soeharto inilah PKI dibubarkan, dan segala yang berbau PKI diharamkan.
Jadi begitulah sedikit cerita mengenai NASAKOM, giimana-gimana, Kawantur ada yang malah lebih ingin memperdalam lagi pengetahuannya tentang NASAKOM setelah membaca ini? Terus mintur juga sedikit menyinggung istiilah Tritura dalam akhir artikel in. Tenang buat kalian yang ingin tau juga apa itu Tritura, pokoknya pantengin aja deh, karena sehabis ini mintur bakal bahas istilah yang satu ini. Terimkasih telah membaca, sehat selalu buat Kawantur dimanapun kalian berada, pantengin terus bertutur.com untuk sama-sama menambah pengetahuan literasi kita, dan have a nice day.
Sumber:
- Surat Kabar Soelah Indonesia Moeda edisi 1926
- Suleman, Zulfikri. 2014. Demokrasi Untuk Indonesia – Pemikiran Politik Bung Hatta. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
- Anwar Rosihan. 2002. In Memoriam: Mengenang yang Wafat: Jakarta: Kompas
- Maarif, Syafii. 1996. Demokrasi dan Nasionalisme.Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
- Aritonang, Jan S. 2004. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.