Kalian tau ga siapa itu Marah Rusli? Beliau itu merupakan bapak roman modern Indonesia loh, yuk Mintur bahas tentang Biografi Marah Rusli dari mulai profil hingga penghargaan yang pernah diraih sepanjang karir kepenulisannya., baca artikel ini sampai selesai ya Kawantur
Daftar Isi
ToggleSitti Nurbaya, Salah Satu Karya Fenomenal Marah Rusli
Marah Rusli merupakan salah satu nama yang memiliki pengaruh besar dalam dunia kesusastraan Indonesia.
Salah satu karya yang turut melambungkan nama Marah Rusli sebagai penulis ternama adalah Sitti Nurbaya yang pertama kali terbit pada 1922 lalu.
Sitti Nurbaya merupakan novel roman yang banyak diperbincangkan di dunia kesusastraan Indonesia, tidak hanya pada periode waktu itu saja, tetapi juga hingga saat ini.
Bahkan kritikus sekaligus pengamat sastra Indonesia, yaitu Hans Bague Jassin atau yang lebih dikenal dengan panggilan HB Jassin menyebutkan bahwa Marah Rusli merupakan penulis roman pertama yang ada di Indonesia.
Tidak heran, HB Jassin menyematkan label ‘Bapak Roman Modern Indonesia’ kepada Marah Rusli.
Biodata Marah Rusli
Berikut ini biodata lengkap dari Marah Rusli.
1. Nama: Marah Roesli bin Abu Bakar
2. Nama Alias: Marah Rusli
3. Tempat dan Tanggal Lahir: Padang, 7 Agustus 1889
4. Meninggal: Bandung, Jawa Barat, 17 Januari 1968
5. Kewarganegaraan: Indonesia
6. Agama: Islam
7. Pekerjaan: Penulis dan dokter hewan
8. Genre dan Aliran Sastra: Roman dan realisme
9. Karya: Sitti Nurbaya (1922), La Hami (1924), Anak dan Kemenakan (1956), Gadis yang Malang (novel terjemahan, 1922), Memang Jodoh (naskah), Tesna Zahera (naskah), dan Siti Noerbaja (penulis naskah film, 1941)
10. Penghargaan: Bapak roman modern Indonesia dari HB Jassin dan Anugerah Sastra dari Pemerintah Republik Indonesia pada 1969.
Profil Singkat Marah Rusli
Marah Roesli bin Abu Bakar atau Marah Rusli lahir di Padang, 7 Agustus 1889.
Beliau merupakan anak dari Sultan Abu Bakar, salah satu bangsawan yang ada di Ranah Minang dan memiliki gelar Sultan Pangeran yang merupakan keturunan langsung Raja Pagaruyung.
Sang ibu berasal dari tanah Jawa dan diketahui masih keturunan langsung dari Sentot Alibasyah, salah satu panglima perang Pangeran Diponegoro.
Terlahir dalam lingkungan keluarga yang kental dengan agama Islam, Marah Rusli memulai pendidikannya di Sekolah Melayu Kelas II.
Setelah lulus, dirinya melanjutkan pendidikan di Sekolah Raja atau Hoofden School di Bukittinggi pada 1904 dan lulus pada 1910.
Marah Rusli merupakan murid yang memiliki kepintaran dibandingkan siswa lainnya. Hal ini membuat gurunya di Hoofden School menyarankan dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda.
Namuni, saran ini tidak diterima oleh orang tua Marah Rusli karena dirinya merupakan anak satu-satunya.
Alhasil, Marah Rusli pada akhirnya melanjutkan pendidikan di Sekolah Dokter Hewan yang ada di Bogor dan berhasil lulus pada 1915.
Baca Juga: Sinopsis Novel Siti Nurbaya Karya Marah Rusli: Kisah Kasih Tak Sampai
Ketika menempuh pendidikan di Bogor ini, dirinya bertemu dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati yang nantinya akan menjadi istrinya.
Pernikahan antara Marah Rusli dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati terjadi pada 1911.
Namun pernikahan ini tidak diketahui oleh orang tuanya yang berada di Padang. Pada akhirnya pernikahan yang dilakukan oleh Marah Rusli di tanah rantau akhirnya sampai juga di telinga keluarga.
Akan tetapi, pernikahan tersebut justru membuat keluarganya tidak lagi bersimpati dengan Marah Rusli.
Bahkan dirinya disisihkan dan dinyatakan dikeluarkan dari ikatan kekeluargaan keluarganya.
Dari pernikahannya dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati ini, Marah Rusli dikarunia tiga orang anak, yakni Safhan Rusli, Rushan Rusli, dan Nani Rusli.
Pada masa revolusi, Marah Rusli juga pernah tergabung dalam Angkatan laut Republik Indonesia atau ALRI dan mendapatkan pangkat mayor untuk urusan pengangkutan angkatan darat, pertanian, perhewanan, dan perikanan, serta urusan pengawetan makanan.
Pada 1948, dirinya juga pernah menjadi dosen Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten.
Dua tahun berselang, Marah Rusli juga pernah menjabat sebagai Kepala Perekonomian di Semarang.
Pada 1951, Marah Rusli memutuskan pensiun dari dinas dan kembali berdomisili di Bogor.
Marah Rusli menghembuskan nafas terakhirnya di Bandung pada 17 Januari 1968 dan dikebumikan di Bogor, Jawa Barat.
Karir Kepenulisan Marah Rusli
Ketertarikan Marah Rusli terhadap dunia penulisan mulai tumbuh sejak dirinya kecil.
Sejak kecil Marah Rusli gemar mendengarkan tukang kaba dalam mendengdangkan kisah-kisah dongeng yang kental dengan wawasan dan pendidikan.
Ketertarikan terhadap kaba inilah yang memunculkan kepekaan dalam diri Marah Rusli.
Hal ini semakin diperkuat ketika dirinya mendapatkan pendidikan lebih lanjut.
Marah Rusli melihat adanya kendala dan kekurangan dalam pelaksanaan kebudayaan dan adat di daerah asalnya.
Pandangan inilah yang mendorong Marah Rusli untuk mulai menulis, sebab dirinya beranggapan lewat tulisan apa yang dia pikirkan bisa diketahui oleh banyak orang.
Sudut pandangnya terhadap pelaksanaan adat dan kebudayaan di Minangkabau inilah yang mendorong Marah Rusli dalam menulis novel yang turut melambungkan namanya sebagai penulis kenamaan Indonesia, yakni Sitti Nurbaya.
Meskipun mendapat penolakan dari keluarganya yang berpegang teguh pada ajaran adat lama, novel Sitti Nurbaya ini tetap mendapatkan pengakuan dalam dunia kesusastraan Indonesia.
Bahkan karya yang pertama kali terbit pada 1922 tersebut dianggap sebagai pelopor dalam dunia kesusastraan Indonesia modern.
Penulis Sekaligus Dokter Hewan
Seperti yang sudah kamu lihat pada bagian sebelumnya, Marah Rusli memiliki latar belakang pendidikan di bidang kedokteran hewan.
Walaupun aktif dalam dunia kepenulisan, Marah Rusli tidak melepaskan karirnya sebagai dokter hewan
Bahkan pengalamannya ketika menjadi dokter hewan ini justru menjadi inspirasi dalam salah satu novel yang dia buat, yakni La Hami.
Novel ini terinspirasi ketika dirinya bekerja sebagai dokter hewan di Sumbawa pada 1915.
Pengamatannya terhadap kehidupan masyarakat Sumbawa ketika bertugas sebagai dokter hewan di daerah tersebut menginspirasinya untuk menulis novel yang pertama kali terbit pada 1924 tersebut.
Karya-Karya Marah Rusli
Banyak karya yang berhasil diterbitkan oleh Marah Rusli di sepanjang karir kepenulisannya.
Karya-karya yang diterbitkan oleh Marah Rusli sebenarnya tidak hanya berbentuk novel saja.
Kamu bisa menemukan karya lain dari bapak roman modern Indonesia ini dalam bentuk lainnya, seperti naskah dan film.
Berikut ini beberapa karya yang berhasil dibuat oleh Marah Rusli di sepanjang hidupnya, yakni.
1. Novel
a. Sitti Nurbaya (1922)
b. La Hami (1924)
c. Anak dan Kemenakan (1956)
d. Gadis yang Malang (Novel terjemahan Charles Dickens, 1922)
2. Naskah
a. Memang Jodoh
b. Tesna Zahera
3. Film
Marah Rusli juga menjadi penulis cerita dari film Siti Noerbaja yang rilis pada 1941.
Penghargaan Marah Rusli
Marah Rusli juga berhasil mendapatkan berbagai macam penghargaan berkat karya-karya yang sudah pernah dia buat.
Adapun penghargaan yang berhasil didapatkan oleh Marah Rusli di antaranya.
1. Mendapatkan gelar Bapak Roman Modern Indonesia dari HB Jassin.
2. Anugerah Sastra dari Pemerintah Republik Indonesia pada 1969 atas novel Sitti Nurbaya.
Cukup sekian dulu ya artikel Biografi Marah Rusli kali ini, ikuti terus artikel-artikel lainnya dari bertutur.com, have a nice day Kawantur.