Buku Masak: Sejarah Terciptanya Buku Masak di Indonesia

buku masak pertama di indonesia

Adanya Kitab Masak

Awal kemunculan buku masak di Indonesia pada masa Hindia-Belanda, ditandai dengan pandangan beberapa orang mengenai bahan-bahan makanan dan bagaimana pengolahannya bisa dipadukan sebaik mungkin. Satu contoh pernyataan itu bisa disimak dari A. W. P. Weitzel, penulis buku sketsa dan gambaran Batavia pada 1858 yang menyinggung pengalamannya menghadapi jamuan makan siang. Nasi panas dengan kari, berbagai sajian ayam, ikan goreng, dendeng, koberto, sassatie, boboto, berbagai jenis sambal, acar-acaran, dan lain-lain adalah sajian yang disuguhkannya. Orang-orang menjelaskan pada Weitzel sebuah uraian terperinci dari hampir kebanyakan hidangan berselera ini, lalu menyarankan padanya sebuah “Kitab Masakan” atau Indisch kookboek, di mana orang akan menemukan semua masakan yang lebih  baik (Weitzel, 1860: 129).

Weitzel tidak menyebutkan judul “Kitab Masakan” itu. Namun, dari masa saat ia menuliskan sketsa dan menggambarkan keadaan Batavia pada 1858, buku yang dimaksud adalah Kokki Bitja atoe Kitab Masak Masakan India jang Bahroe dan Semporna karya Nonna Cornelia. Buku ini terbit pada tahun 1857, setahun sebelum Weitzel menerbitkan bukunya. Selain tersirat sesuai dengan menu jamuan yang dihadapi Weitzel, nama-nama olahan makanan seperti sassatie, boboto, koberto itu ternyata memang dimuat dalam “Kitab Masakan” yang ia maksud itu (Cornelia, 1859: 7).

Cornelia dan Buku Masaknya

Seluruh resep dalam buku masak ini ditulis dalam bahasa Melayu Pasar, namun kata pengantar dari penulis dan penerbitnya dituliskan dalam bahasa Belanda. Sudah selazimnya selera Eropa dijadikan standar untuk menulis “Kitab Masakan” terawal di Indonesia ini. Mengumpulkan resep, menakar bahan, dan melakukan improvisasi berbagai macam olahan adalah hal yang membuktikan bahwa Cornelia tengah menerapkan praktik gastronomi yang menjadi tren di Eropa pada abad ke-19 (Picher, 2006: 64).

Alasan Cornelia untuk merengkuh beragam citarasa dalam satu ruang geografis Hindia ini sejalan dengan hasil penelitian L. F. Praeger dalam studinya tentang permasalahan di Hindia yang diterbitkan pada tahun 1863. Dalam bukunya yang berjudul Indische Studien, Praeger memberikan kontribusi sejumlah pengetahuan tentang bagaimana membangun keberlangsungan hidup dan kesehatan di Hindia, baik bagi para pendatang asing maupun pribumi sendiri. Salah satu bagian dari kontribusinya adalah bab tentang “makanan”. Tulisan Praeger ini pun menyuarakan maksud Cornelia dan para penulis buku masak setelahnya, bahwa dalam hal urusan makan di Hindia, hendaknya orang-orang Eropa bisa menggunakan bahan-bahan di Hindia dalam mengolah makanan yang biasa dibuat di Eropa. Dengan kata lain, ia ingin agar setiap bahan makanan yang ada dan tersedia di suatu wilayah bisa saling dimanfaatkan pada wilayah lainnya (Praeger, 1863: 92).

Buku Masak Pertama di Indoenesia: Kokki Bitja

Keinginan Praeger itu memang terasa praktiknya dalam Kokki Bitja sebagai buku masak terawal yang menghimpun berbagai macam bahan untuk mengolah berbagai resep lama dan baru. Maksud dari resep-resep lama ini seperti yang telah disinggung oleh Cornelia dalam pengantarnya, adalah resep yang masih digunakan hingga saat ia menyusun buku masaknya. Tentunya jika kita menilik sebagian besar resepnya, nama-nama makanan seperti brongkos daging, dendeng agee, djanganan, besengek, bothok, pindang, sesate, lelawar, lemper, petjal, petis, nasi oelam, rarawon, sambal, sajoer kloeak, sarondeng, hingga jenis kue seperti apem dan ketan sudah lekat dalam citarasa Jawa. Di antara nama-nama itu, tentunya ada yang sudah disebut sejak masa kuno hingga masa Serat Centhini. Bedanya, pada masa sebelum Kokki Bitja terbit, nama-nama diatas tidak pernah disertai resep pengolahannya. Buku masak ini adalah literatur pertama yang meresepkan secara tertulis berbagai olahan klasik Jawa atau mengalihkan tradisi pelisanan resep yang masa-masa sebelumnya berlaku di lingkungan keraton (Bryson, 2011: 106-133).

Daftar Sumber

  1. Buku
  2. A. W. P. Weitzel. 1860. Batavia in 1858 of schetsen en beelden uit de Hoofstad. Gorinchem: Noorduijn & Zoon.
  3. Bill Bryson. 2011. At Home: A Short History of Private Life. London: Black Swan.
  4. Cornelia. 1859. Kokki Bitja, atau, Kitab Masak-Masakan India, jang Baharoe dan Samporna. Batavia: Lange.
  5. Jeffrey M. Plicher. 2006. Food in World History. New York: Routledge.
  6. L. F. Praeger. 1863. Indische studien: bijdragen tot de kennis levensvatbaarheid, le vens en gezondheidsleer van de vreemde en eigene bewoners van Nederlansch Indie. Nieuwediep: J. C. de Buisonje.
  7. Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments