Konflik Korea Utara dan Korea Selatan

konflik korut korsel konflik korea utara dan korea selatan

Perpecahan di Semenanjung Korea

Konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada dasarnya, merupakan sebuah perjuangan dari dua bagian negara yang terpecah. Sebelumnya, Korea Utara dan Korea Selatan adalah sebuah negara yang bersatu, tepatnya pada zaman Dangun sampai masa 3 Kerajaan (Silla, Koryo, dan Chosun). Setelah Korea merdeka pada 1945, pasukan Amerika Serikat dan Uni Soviet mendirikan pemerintahan militer di masing-masing wilayah yang terpisah ini. Amerika mendirikan pemerintahannya di wilayah Selatan dan Uni Soviet di wilayah utara. Hal inilah yang memicu terjadinya perpecahan di Semenanjung Korea. Pada November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyepakati sebuah resolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di Semenanjung Korea, dibawah pengawasan sebuah komisi PBB (Walter, 1988: 93).

Berpisahnya Korea Utara dan Korea Selatan

Pada 1945, Korea terpisah menjadi dua pemerintahan dengan sistem pemerintahan yang berbeda pula. Korea Selatan berdiri  dengan pemerintahanny yang demokrasi dan kapitalisme, sebaliknya Korea Utara yang mendapat dukungan dari Uni Soviet mendirikan pemerintahannya dengan sistem Komunis. Pecahnya Korea menjadi dua wilayah ini, dipengaruhi faktor eksternal yang menjadi salah satu penyebab lahirnya Perang Dingin. Perang Dingin merupakan rivalitas antara Amerika dan Uni Soviet. Rivalitas dua negara besar itu tidak hanya terlihat di Eropa ketika Jerman pecah menjadi dua (Jerman Barat dan Timur), namun juga berdampak di Asia Timur (Korea Utara dan Selatan). Ketika Perang Dingin berakhir, dengan ditandai oleh runtuhnya Tembok Berlin pada 1989, berakhir pula rivalitas ideologi antara Amerika dan Uni Soviet di dataran Eropa. Berakhirnya rivalitas ini ternyata tidak mengakhiri perpecahan di Semenanjung Korea. Korea Utara dan Selatan,  tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menjadi Negara Korea yang Bersatu kembali, seperti yang terjadi di Jerman (Oberdorfer, 2014: 2-8).

Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan

Banyak faktor yang mempengaruhi ketegangan hubungan antara Korea Utara dan Selatan, seperti perbedaan ideologi yang merupakan akar konflik kedua negara. Ketegangan dua negara ini semakin memuncak, akibat adanya pengembangan dan uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara di Semenanjung Korea. Hal ini diperkeruh dengan kehadiran Amerika dan China yang terlibat masalah politik di kawasan Asia Timur. Selain itu, adanya perbedaan-perbedaan yang tajam dari rezim dan sistem sosial kedua negara ini, menjadi salah satu faktor penghambat dalam menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea. Terkait dengan perilaku Korea Utara mengenai percobaan nuklirnya, tensi politik internasional ini memang telah terjadi sejak lama. Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir di Semenanjung Korea dengan meluncurkan 7 buah rudal, yang secara langsung mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan kawasan, khususnya Korea Selatan yang memiliki kedekatan geografis secara langsung dengan Korea Utara (Andrew, 2013: 54-69).

Latihan Perang yang Berujung Konflik

Pada bulan November 2010, Korea Selatan menggelar latihan perang bersama Amerika Serikat yang  dilaksanakan di sekitar perairan laut kuning. Rencana latihan ini terpaksa dibatalkan karena mendapatkan protes keras dari China yang mengkhawatirkan jalur perdagangannya akan terganggu karena adanya latihan gabungan tersebut. Latihan perang gabungan ini pun akhirnya dipindahkan ke wilayah laut Utara dekat dengan Jepang. Sama halnya dengan Cina, Rencana latihan perang disambut dengan reaksi keras dari Korea Utara yang mengancam akan menggunakan alat senjata pertahanannya sebagai balasan dari latihan militer tersebut. Protes dari Korea Utara ternyata tidak ditanggapi, dan latihan militer tetap digelar di area Laut Utara. Hal ini dianggap oleh Korea Utara sebagai bentuk provokasi di Semenanjung Korea.

Berjalannya latihan itu secara, menimbulkan efek serangan balasan dari Korea Utara, sehingga terjadilah kontak senjata antara keduanya yang berlangsung kurang lebih selama dua jam. Korea Utara menyerang salah satu pulau milik Korea Selatan (pulau Yeonpyeong) dengan puluhan hingga ratusan artileri. Penyerangan tersebut mengakibatkan kerusakan di daerah pulau itu, serta jatuhnya korban jiwa dari Korea Selatan. Penyerangan itu dibalas oleh Korea Selatan dengan melakukan serangan balik ke wilayah Korea Utara (Hyung, 2007: 154-171).

Setelah kejadian tersebut, Korea Selatan dan Amerika Serikat mengadakan latihan militer untuk mengantisipasi serangan kembali Korea Utara. Latihan perang ini melibatkan kurang lebih 800 personel militer, 6 pesawat jet tempur, tank anti-misil, dan juga 100 jenis senjata. Pada tahun 2010 Korea Selatan dan Amerika melakukan latihan perang sebanyak 47 kali. Presiden Korea Selatan yaitu Lee Myung-Bak mengeluarkan pendapat “Kalau saja ada serangan yang mengejutkan, maka negara ini harus melakukan serangan tanpa ampun” (Djelantik, 2008: 218-219).

Gimana nih tegang banget kan kondisi politik antara Korea Utara dan Korea Selatan? ya semoga mereka bisa menemukan jalan terbaik ya buat kedua negara ini. Cukup sekian dulu artikel kali ini, semoga bermanfaat buat Kawantur yang sedang mencari tema ini, terus pantengin bertutur tiap harinya, dan have a nice day.

Daftar Sumber

  • Buku
  1. Andrew F. Cooper, Jorge Heine, and Ramesh Thakur. 2013. The Oxford Handbook of Modern Diplomacy. Oxford: Oxford University Press.
  2. Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  3. Don Oberdorfer and Robert Carlin. 2014. The Two Koreas. New York: Publisher Basic Books.
  4. Hyung Gu Lynn.2007. Bipolar Orders: The Two Koreas Since 1989. Canada: Fernwood Publishing.
  5. Walter S. Jones. 1988. Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik dan Tatanan Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
1 year ago

[…] Baca Juga […]