Lahirnya Istilah Kamikaze

Lahirnya Istilah Kamikaze

Hallo Kawantur, kali ini bertutur mau bahas mengenai lahirnya Istilah Kamikaze, yuk langsung aja simak artikelnya di bawah ini

Edisi Vartikel

Lahirnya Istilah Kamikaze

Lahirnya istilah kamikaze pertama kali dikenal saat bangsa Mongol menyerang Jepang pada abad ke 13, tepatnya pada tahun 1259. Pada saat itu, Kubilai Khan cucu dari Genghis Khan menaiki takhta Kerajaan Mongol dan menjadi Kaisar Yuan, Cina. Kubilai Khan memerintah hingga 1294. Mengikuti tradisi kaisar Tiongkok, ia berusaha memaksa negara-negara tetangga untuk tunduk padanya (Pineau, 2008: 69).

Semua bermula pada masa pemerintahan Kamakura di Jepang. Bangsa Mongol meminta Jepang untuk membayar upeti. Namun, pada masa itu pihak Kekaisaran Jepang menolak, dan akhirnya melarang bangsa Mongol untuk masuk ke kepulauan Jepang, terutama memasuki Pulau Hoshu yang menjadi pusat pemerintahan Jepang. Merasa tidak senang, bangsa Mongol lalu berniat untuk menyerang Jepang. Penyerangan pertama dimulai pada 1274, bangsa Mongol mengerahkan 40.000 tentara dan 900 kapal. Dengan kekuatan itu, mereka mampu menaklukan beberapa pulau Jepang, contohnya Pulau Tsushima dan Pulau Iki. Masyarakat Jepang yang hidup disana pun habis terbantai oleh tentara Mongol, termasuk prajurit Jepang. Peristiwa tersebut diakhiri dengan kemenangan Bangsa Mongol atas Jepang (Pineau, 2008: 71).

Penyerangan Kedua Bangsa Mongol

Penyerangan kedua dilakukan pada 1281, sebelumnya Jepang sudah bersiap menghadapi serangan bangsa Mongol yang kedua ini dengan cara membangun tembok setinggi 4 meter, dengan panjang 25 mil di teluk Hakata, dan menyiapkan 120.000 prajurit. Shogun juga memerintahkan pemuka agama di seluruh Jepang untuk berdoa di kuil. Maksud tersebut bertujuan untuk mendapatkan kemenangan, meskipun memang kemungkinan untuk menang sangat kecil (Ojong, 2008: 293).

Sementara itu dari pihak Mongol sendiri, mereka menyiapkan 140.000 pasukan dan 4400 kapal yang jika dibandingkan dengan Jepang memang sangat jauh perbandingannya. Mereka kesulitan untuk mendarat karena terhalang oleh tembok yang dibuat oleh Jepang. Situasi ini juga memungkinkan Jepang untuk menyerang balik pasukan dari Mongol. Kapal yang tersisa memilih untuk menunggu bantuan armada berikutnya, namun sayangnya topan menyerang kapal-kapal tersebut dan memukul mundur pasukan Mongol (Majalah Angkasa Edisi Khusus Kamikaze, 2010: 83).

Kabar mundurnya pasukan Mongol, terdengar oleh pemerintahan Jepang pada 23 September 1281. Kemenangan ini dirayakan di kuil Iwashimizu sebagai bentuk syukur kepada dewa. Keberhasilan Jepang untuk bertahan melampaui harapan semua orang, sehingga cerita mengenai Kamikaze pun diwariskan hingga sekarang. Hal itulah yang membuat masyarakat Jepang percaya bahwa angin topan tersebut adalah bantuan dari dewa atau tuhan yang sudah menjawab doa mereka selama ini, maka dari itu munculah istilah Kamikaze yang artinya adalah tuhan atau angin dewa (Hoyt, 1993: 2005).

Istilah Kamikaze pada Masa Perang Dunia ke II

Kamikaze pada masa Perang Dunia II tidak ada sangkut pautnya dengan Kamikaze saat peristiwa penyerangan bangsa Mongol. Namun, kisah Kamikaze tersebut kerap digunakan untuk memupuk nasionalisme bangsa Jepang pada abad ke-20. Kamikaze adalah istilah korps pasukan serangan khusus Jepang pada masa akhir Perang Dunia II. Dikenal dengan nama Tokubetsu Kougekitai, biasa disingkat Tokkoutai, namun dikalangan Angkatan laut Jepang, nama pasukan ini adalah Shinpuu Tokubetsu Kougekitai yang artinya unit penyerangan khusus angin dewa. Kata Shinpuu di sana adalah cara lain untuk menyebut Kamikaze (Majalah Angkasa Edisi Khusus Kamikaze, 2010: 27).

Jepang pada masa akhir Perang Dunia II sempat terdesak di Filipina,  mereka hanya memiliki kurang dari 100 pesawat yang dalam kondisi layak tempur. Akhirnya korps pasukan khusus ditugaskan untuk taiatari (menabrakan diri) ke kapal induk musuh menggunakan pesawat tempur tipe Zero yang dipersenjatai bom seberat 250 kg. Taktik ini disarankan oleh Laksamana Madya Takijiro Ohnishi, dia adalah panglima baru pasukan udara Angkatan laut Jepang di Filipina. Agar kekuatan yang sedikit itu mencapai hasil yang maksimal, dengan terpaksa Laksamana menyarankan taktik tersebut, dengan penuh pertimbangan akhirnya taktik itu dipersetujui oleh Letnal Kolonel Asaichi Tamai. Beliau merupakan perwira eksekutif Grup Udara 201. Serangan tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober 1944 di Filipina, dan menjadi serangan Kamikaze pertama yang dilancarkan (Surajaya, 1990: 48).

Awal Terbentuknya Kamikaze

Pada awal terbentuknya Kamikaze, ditekankan bahwa sasaran utama misinya adalah kapal induk. Bagian dari kapal induk yang ditabrak adalah flight deck atau geladak untuk menerbangkan pesawat. Pesawat yang digunakan dalam misi ini kebanyakan ialah tipe pesawat tempur Zero. Zero adalah pesawat Mitsubishi A6M yang merupakan pesawat tempur berbasis kapal induk pertama di dunia. Pesawat ini lebih unggul dibandingkan pesawat-pesawat berbasis darat. Zero merupakan nama sandi dalam AL Jepang, yaitu Type 0 Fighter, yang dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Rei Shiko Sentoki (Hackett, 1964: 338).

Para pilot yang menunggu giliran terbang sering mengadakan pesta minum sake juga sebagai perayaan perpisahan dengan teman-temannya. Saat waktu keberangkatan sudah pasti, para pilot akan mengenakan pelindung kepala lengkap dengan ikat kepala hachimaki, membawa katana sebagai symbol ksatria, serta melakukan upacara minum sake perpisahan. Biasanya, mereka juga akan berdoa dan merenung sambil memegang bendera hinomaru. Kemudian, para pilot menaiki pesawatnya masing-masing dan segera melancarkan serangan. Alasan para pemuda Jepang bergabung ke dalam pasukan Kamikaze adalah karena kepentingan mereka sendiri. Mereka menginginkan suatu kematian yang terhormat atau kematian yang indah bagi diri sendiri. Penelitian tersebut baru bisa mewakili 17% dari total keseluruhan para pilot Kamikaze, karena banyak surat dan catatan harian Kamikaze yang tidak bisa diakses public sebagai akibat adanya sensor yang ketat dari pemerintahan Jepang. Keinginan untuk mati terhormat atau mati dengan indah ini pun sebenarnya tidak terlepas dari propaganda militer Jepang (Azhari, 2011: 37).

Cukup sekian dulu ya artikel kali ini, jangan lupa buat kunjungi website Bertutur secara berkala ya untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya.

Daftar Sumber

  1. A. Azhari. 2011. Ganbatte! Meneladani Karakter Tangguh Bangsa Jepang. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
  2. Hackett, Roger F. 1964. Political Modernization in Japan and Turkey. New Jersey: Princenton University Press 1964.
  3. Hoyt, Edwin P. 1993. The Story of Admiral Matome Ugaki. Connecticut: Praeger Publishers.
  4. I Ketut Surajaya. 1990. Makna Modernisasi Meiji Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc and Center for Japanese Studies.
  5. Inouguchi Rikihei, Nakajima Tadashi, and Roger Pineau. 2008. Kisah Para Pilot Kamikaze:Pasukan Udara Berani Mati Jepang pada Perang Dunia II. Depok: Komunitas Bambu.
  6. P. K. Ojong. 2008. Perang Pasifik. Jakarta: Kompas.  Majalah Angkasa. 2010. Edisi Koleksi Kamikaze (No. 70). Jakarta: PT Mediarona Dirgantara.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments