Pelopor Pergerakan Nasional: Budi Utomo

Pelopor Pergerakan Nasional

Pelopor Pergerakan Nasional: Budi Utomo

Budi Utomo merupakan organisasi pertama di Indonesia yang disusun dengan bentuk modern. Dapat dikatakan, bahwa Budi Utomo merupakan salah satu pelopor adanya pergerakan nasional. Namun demikian, keberadaan Budi Utomo bukan hanya berdasarkan kejadian-kejadian di luar negri yang akan menyadarkan tentang keadaan bangsanya, akan tetapi berhubungan juga dengan semacam orgaisasi yang ada sebelum tahun 1908. Dalam majalah Retno Doemilah yang terbit pada 1895 dan Pewarta Priyayi, telah tercermin kenyataan tentang adanya pertumbuhan di kalangan elite pribumi untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Majalah yang diterbitkan dalam bahasa Melayu dan Jawa sebagian besar, membicarakan masalah kondisi penduduk Jawa yang semakin buruk dengan perhatian khusus pada kalangan priyayi. Dalam Majalah Retno Doemilah inilah Wahidin Soehdirohoesodo berperan sangat penting dalam mengadakan pendidikan dan penyadaran terhadap orang Jawa dan juga penggagas berdirinya Budi Utomo (Pringgodigdo, 1964: 15).

Dr. Wahidin mulai melancarkan propaganda besar-besaran tentang pemberian beasiswa bagi anak-anak muda pribumi yang pandai. Aksi ini didampingi oleh Pangeran Arya Nata Dirodjo yang dikenal aktif mendukung pendidikan Barat. Namun, semangat kedua tokoh ini tidak bisa sama sekali menggerakan kampanye, karena banyaknya para Bupati yang tidak mendukungnya dan hanya dianggap sebagai pengacau ketentraman dan ketertiban pada sistem yang berlaku. Kendati demikian, perjalanan kampanye tidak selalu gagal. Mereka selalu mendapat simpati dari orang yang dijumpainya dan pertemuan paling penting adalah dengan murid-murid STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) (Iwa, 1963: 62).

Perkumpulan di Dalam Stovia

Para murid STOVIA, yang kebanyakan berasal dari kota-kota kecil itu juga memperoleh dorongan intelektual dari kota besar dan modern. Sekolah itu terletak di Weltevreden di jantung Batavia. Dipengaruhi oleh gagasan Dr. Wahidin, Soetomo segera larut dalam kegiatan mendirikan suatu perkumpulan di dalam STOVIA. Organisasi untuk kaum muda Jawa ini didirikan oleh Soetomo pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi. Para hadirin yang berkumpul di aula STOVIA tidak hanya para siswanya saja, tetapi juga siswa-siswa dari sekolah: pertanian dan kehewanan di Bogor, sekolah pamong praja di Magelang dan Probolinggo, siswa sekolah petang di Surabaya, sekolah pendidikan guru di Bandung dan Yoygakarta. Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di seluruh Jawa (Ricklefs, 1995: 227).

Kongres-kongres Budi Utomo

Budi Utomo yang dilahirkan tanggal 20 Mei 1908 di STOVIA mulai menata diri sistem organisasinya dengan melakukan kongres pertama yang dilakukan tanggal 3-5 Oktober 1908, bertempat di sekolah pendidikan guru Yogyakarta. Karena Budi Utomo merupakan organisasi orang Jawa pribumi yang pertama, maka kongres akan menarik perhatian luar biasa di kalangan pers dan tokoh masyarakat Jawa (Akira, 1989: 50).

Karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting. Namun, satu hal yang penting dari Budi Utomo adalah, bahwa di dalam tubuhnya telah ada benih semangat nasional yang pertama dan karena itu dapat dipandang sebagai induk pergerakan nasional. Kongres BU pada 1931 di Jakarta membicarakan tentang kemerdekaan. Dalam kongres tersebut, BU menjadi organisasi nasional Indonesia, terbuka bagi semua golongan bangsa Indonesia. Oleh karena besarnya pengaruh aliran persatuan di dalam BU, pada kongres tersebut dibicarakan rencana peleburan BU dengan organisasi-organisasi lain yang berdasarkan kooperasi.

Pada tanggal 24-26 Desember 1935 dalam Kongres Budi Utomo yang diselenggarakan di Solo, terjadi penggabungan antara PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) dengan Budi Utomo menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya. Sutomo yang terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar mengatakan bahwa Parindra adalah partai nasional yang bertujuan memperbaiki kehidupan berbagai golongan penduduk. Parindra harus mengerahkan tenaga bagi kaum tani dan agar mereka ditempatkan di tingkat yang lebih tinggi untuk mencapai Indonesia merdeka (Akira, 1989: 89).

Daftar Sumber

  • Buku
  1. Prof. Iwa Kusuma Sumantri, S. H. 1963. Sedjarah Revolusi Indonesia. Djakarta.
  2. Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
  3. Pringgodigdo, A. K. 1964. Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia. Djakarta: Penerbit Pustaka Rakyat.
  4. Ricklefs, M. C. 1995. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
1 year ago

[…] Baca Juga […]