Perjalanan Hermann Wilhelm Goering Bersama Nazi

perjalanan hermann wilhelm goering bersama nazi

Awal Karir Hermann Wilhelm Goering

Hermann Wilhelm Goering, lahir pada 12 Januari 1893 di Rosenheim, Bavaria. Dia merupakan anak ke-empat dari 5 bersaudara yang dilahirkan oleh Franziska Tiefenbrunn. Goering merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Goering mengawali karirnya dengan menjadi pilot pesawat sipil carteran Jerman-Skandinavia. Pasca Perang Dunia I, Goering memutuskan untuk menetap di Munich. Pada 1922, nama Hitler begitu familiar bagi warga Munich, mengingat di sana lah Hitler membangun Partai Nazi dengan sayap militernya, Sturmabteilung (SA) yang seringkali bentrok dengan para simpatisan komunis (Agustinus, 2006: 27). 

Pertama kali Goering berkenalan dengan Hitler, yaitu pada musim gugur 1922. Sejak itu, ia mulai sering mendengar pidato Hitler mengenai kalahnya Jerman pada Perang Dunia I. Menurut Hitler, kekalahan bukanlah akibat dari kalah strategi dari sekutu, melainkan karena digembosi para politikus kiri, kaum republican, dan orang-orang Yahudi dari dalam. Suatu hari, Goering memberanikan diri datang ke kantor Partai Nazi. Awalnya dia hanya ingin bicara dan mungkin bisa menawarkan bantuan pada Hitler. Hitler pun langsung melayani permintaan Goering.

Awal Perjalanan Hermann Wilhelm Goering Bersama Nazi

Ketika mereka saling memperkenalkan diri, mereka banyak berbincang mengenai Perjanjian Versailes dan sebagainya. Goering masuk Partai Nazi berkat CV nya sebagai veteran pesawat tempur jagoan (Ace Pilot) dan disinilah perjalanan Hermann Wilhelm Goering bersama Nazi dimulai. Hitler lalu mempercayakan komando SA padanya. Goering pun lalu dianugrahi pangkat Gruppenfuhrer (setara letnan jenderal). Kepercayaan itu tidak disia-siakan Goering yang segera merapikan SA. Ketika Hitler berkuasa pada Januari 1933, Goering diberi jabatan Menteri dalam negeri, Menteri Zonder Portfolio, serta Komisaris Negara bidang Penerbangan. Goering pula yang pada 30 November 1933 mendirikan Geheime Staatspolizei (Gestapo), polisi rahasia, walaupun pada 20 April 1934, ia menyerahkan kepemimpinannya pada Himmler (Sutarjo, 1994: 48).

Untuk mempercepat Pembangunan Jerman seperti yang direncanakan oleh Hitler, Goering menggulirkan program ekonomi The Four Year Plan. Tujuannya untuk mendongkrak produksi industri Jerman yang kacau pasca Perang Dunia 1, akibat dari klausul pembatasan dalam Perjanjian Versailes. Programnya termasuk mendorong unifikasi Austria, karena Jerman butuh sumber-sumber bijih besi di negara serumpun itu, dan pengerahan para tahanan Yahudi, serta ras-ras inferior lain dari kamp-kamp konsentrasi untuk dijadikan pekerja paksa. Pada 1940, Goering dianugerahi pangkat khusus, yaitu Reichmarchall des Grossdeutschen Reichess. Pangkat itu membuatnya menjadi pimpinan paling tinggi di antara semua pimpinan empat matra militer Jerman. Namun, tetap saja Goering hanya mau memakai seragam parlente Luftwaffe (Angkatan Udara), matra yang paling dibanggakannya (Ojong, 2005: 39).

Kegagalan Hermann Wilhelm Goering Mengalahkan RAF

Arogansi Goering terlihat saat dia meyakinkan Hitler bahwa Luftwaffe bukan tandingan RAF (Royal Air Force/AU Inggris), di awal pertempuran udara Britania Raya pada 10 Juli – 31 Oktober 1940. Arogansi itu harus dibayar mahal, lantaran ternyata Luftwaffe kalah dari RAF, meski pesawat yang mereka kerahkan berjumlah dua kali lebih banyak dari RAF. Akibat kekalahan tersebut, Operasi Singa Laut untuk menginvasi Inggris pun batal dilaksanakan. Sejak kekalahan itu pula, Luftwaffe dianggap tak mampu lagi melindungi kedaulatan udara Jerman. Melihat kenyataan yang terjadi, Hitler menilai Goering tidak menjalankan tugasnya dengan baik, dan Goering nyaris tak pernah ambil bagian dalam operasi-operasi militer lagi. Meski jabatan-jabatannya tak dicopot, Hitler tak pernah lagi mengajak Goering dalam rapat-rapat militer.

Karena Goering memiliki sedikit pekerjaan, maka ia lebih sering aktif dalam mengambil jatah 50 persen dari semua barang seni jarahan yang didapat dari negara-negara bawahan Jerman pada saat itu. Goering mempercayakan bandar barang seni, yaitu Bruno Lohse untuk mengumpulkan koleksinya, termasuk 300 lukisan bernilai tinggi di antara dua ribu barang seni lain (Jones. 2006: 251).

teknologi tank jerman pada perang dunia II

Teknologi Tank Jerman pada Perang Dunia II

Pengembangan Teknologi Tank Jerman Sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia Pertama, Jerman melalui pengaruh Von Seeckt dan juga Guderian mengembangkan teknologi tank Jerman, dengan spesifikasi yang dapat diandalkan,

Read More »

Sebuah Telegram dari Hermann Wilhelm Goering untuk Sang Fuhrer

Ketika para petinggi Jerman, termasuk Hitler sudah merasa Jerman bakal kalah, Goering berinisiatif mengirim telegram kepada Hitler pada 23 April 1945, pada dini hari dari Obersalszberg. Telegram itu berisikan mengenai kesiapan Goering untuk menggantikan Hitler, jika Hitler dalam posisi tak bisa memimpin. Sebagai wakil pertama di pemerintahan, Goering meminta izin untuk menggantikan Hitler. Dalam telegram tersebut, Goering juga menuliskan, jika telegram tersebut tidak dijawab hingga pukul 10 malam di hari itu juga, Goering mengasumsikan bahwa dirinya sah sebagai pengganti Hitler.

Membaca telegram tersebut, amarah Hitler pun seketika memuncak. Hitler baru membalas telegram itu pada 25 April yang berisikan bahwa Goering telah melakukan pengkhianatan. Akibat telegram tersebut, Hitler lalu memerintahkan Reichsleiter atau Ketua Partai Nazi Pusat, yaitu Martin Bormann untuk menghubungi Pasukan SS di Obersalszberg guna menangkap Goering. Tetapi saat itu, Goering sudah memindahkan markasnya ke Mauterndorff, lantaran Obersalszberg jadi sasaran serangan sekutu.

Akhir Hayat Hermann Wilhelm Goering

Setelah mendengar Hitler dan Eva Braun bunuh diri pada 30 April, Goering memilih menyerahkan diri ke pihak sekutu. Pada 6 Mei, Goering resmi menyerahkan diri ke pasukan Divisi Infantri ke-36 Amerika di Radstadt, Austria. Sebelum dibawa menuju pengadilan Nurnberg, Goering lebih dulu dikumpulkan sebagai tahanan bersama gembong Nazi lainnya di Hotel Palace, yang berada di Mondorf-les-Baines, Luxemburg. Walaupun Goering dengan kesadarannya menyerahkan diri ke pihak sekutu, namun dia tidak terima jika harus mengakhiri hidupnya ditangan salah satu algojo tembak mati milik sekutu. Goering pun memutuskan untuk menyelundupkan sianida ke dalam sel tempatnya ditahan. Setelah sianida itu berhasil ia dapatkan, akhirnya ia lebih memilih untuk bunuh diri sehari sebelum dirinya dieksekusi. Ia meninggal pada 15 Oktober 1945, setelah meneguk kapsul sianida yang ia selundupkan sebelumnya (Susilo, 2018: 40-63).

Daftar Sumber

  • Buku
  1. Agustinus Pambudi. 2006. The Death of Adolf Hitler. Yogyakarta: Narasi.
  2. Jones, Adam, 2006. Genocide: A Comprehensive Introduction. New York: Routledge.
  3. P.K. Ojong. 2005. Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Kompas.
  4. Suparno. 1984. Sejarah Eropa Runtuhnya Naziisme Hitler. Yogyakarta: IKIP PGRI.
  5. Susilo, I Basis. 2018. Teori Hubungan Internasional: Perspektif-Perspektif Klasik. Surabaya: Cakra Studi Global Strategis. 
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments