Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Edisi Vartikel

Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada pukul 05.00 (waktu Jawa pada zaman Jepang) tanggal 17 Agustus 1945, anggota PPKI dan tokoh-tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil merumuskan teks Proklamasi. Mereka sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah Ir. Soekarno di JalanPegangsaan Timur 56 (sekarang Jalan Proklamasi, Gedung Perintis Kemerdekaan), pada pukul 11.30 (waktu Jawa pada zaman Jepang) atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang, Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di lembaga pers dan kantor berita, terutama B. M. Diah, untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia (Juniarto, 1996: 25).

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Para pemuda langsung melakukan kegiatan-kegiatan membagi pekerjaan dalam kelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok mengirimkan kurir untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa saat Proklamasi telah tiba. Kelompok Sukarni, misalnya, mereka bermarkas di Jalan Bogor Lama (sekarang Jalan Dr. Sahardjo, S. H.) melakukan rapat di Kepu (Kemayoran), kemudian pindah ke Defensielijn van den Bosch (sekarang Jalan Bungur Besar) untuk mengatur penyiaran berita Proklamasi. Semua alat komunikasi yang ada, akan dipergunakan untuk maksud itu, seperti pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil akan dikerahkan ke segenap penjuru kota. Diusahakan juga pengerahan massa untuk mendengarkan pembacaan Proklamasi di Pegangsaan Timur 56 (Poesponegoro, 1992: 77).

Ribuan teks Proklamasi berhasil dicetak dengan roneo dan segera disebarkan ke berbagai penjuru kota, ditempelkan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh publik. Juga, secara beranting berita itu disampaikan ke luar kota Jakarta. Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, barisan pemuda datang berbondong-bondong menuju Lapangan Ikada, di sudut Tenggara Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang sekarang. Ternyata, Lapangan Ikada sudah dijaga oleh pasukan Jepang yang bersenjata lengkap. Rupanya Jepang sudah mengetahui kegiatan para pemuda, dan karena itu mereka berusaha menghalanginya. Para pemuda datang ke Lapangan Ikada berdasarkan informasi dari mulut ke mulut bahwa Proklamasi akan diucapkan di tempat tersebut. Mereka tidak mengetahui keputusan terakhir yang diambil oleh PPKI bahwa Proklamasi akan dilaksanakan di Pegangsaan Timur 56. Bahkan Soediro, pemimpin Barisan Pelopor pun tidak mengetahuinya. Pagi itu ia berangkat ke Lapangan Ikada. Setelah melihat lapangan itu telah dijaga tentara Jepang, ia lalu menemui dr. Muwardi, Kepala Keamanan Ir. Soekarno. Dari dr. Muwardi, ia mendapat keterangan bahwa Proklamasi akan diucapkan di Pegangsaan Timur 56. Soediro kembali ke Ikada untuk memberitahukan hal itu kepada anak buahnya (Mahfud MD, 1993: 49).

Jalannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sudiro (yang merangkap sebagai sekretaris Ir. Soekarno) memerintahkan S. Suhud, Komandan Pengawal Rumah Ir. Soekarno untuk menyiapkan satu tiang untuk menggerek bendera. Karena situasi sedang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan dan salah satu diantaranya dapat dipindahkan. Malahan, ia mencari sebatang bambu yang berada di belakang rumah, kemudian dibersihkan dan diberi tali, lalu ditanam beberapa langkah dari teras. Bendera yang akan dikibarkan ialah bendera yang dijahit oleh tangan Nyonya Fatmawati Soekarno. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar karena kainnya berukuran tidak sempurna. Sebagaimana yang telah disepakati semula, para anggota PPKI menjelang pukul 10.30 telah berdatangan ke Pegangsaan Timur. Rangkaian acara yang akan dilaksanakan dalam upacara itu adalah pembacaan Proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Lima menit sebelum acara dimulai, Hatta datang. Ia langsung menuju ke kamar Soekarno. Beberapa menit sebelum pukul 10.00 kedua pemimpin itu keluar bersama-sama menuju tempat upacara, diiringi oleh Nyonya Fatmawati Soekarno. Upacara berlangsung tanpa protokol. Sebelum membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno menyampaikan pidato singkat. Dikatakannya bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan sudah berlangsung puluhan, bahkan ratusan tahun, dan mengalami gelombang naik dan turun. Sesudah menyampaikan pidato singkat itu, Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi. Pembacaan Proklamasi diakhiri Bung Karno dengan penegasan: “Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita Menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insyallah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.” (Joeniarto, 1996: 7).

Daftar Sumber

  • Buku
  1. Juniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
  2. Mahfud MD. 1993. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit UII Press.
  3. Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Depdikbud RI.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
1 year ago

[…] Baca Juga […]