Resensi Novel Gadis Kretek: Selinting Cengkeh Berbalut Cinta.

resensi novel gadis kretek

Gadis Kretek merupakan Serial orisinal Netflix pertama di Indonesia. Tidak heran kalau akhir-akhir ini Gadis Kretek menjadi ramai diperbincangkan orang-orang. Serial dibintangi oleh banyak artis papan atas seperti, Dian Sastro, Putri Marino, Ario Bayu, Arya Saloka dan lain-lain. Tapi, Kawantur tau ga sih, kalau ini merupakan serial yang diangkat dari sebuah novel karya Ratih Kumala ?

Nah untuk itu, kali ini Mintur mau bahas resensi novel Gadis Kretek. Gausah banyak lama lagi, yuk simak artikel dari Bertutur yang satu ini sampai selesai.

Sekilas Mengenai Novel Gadis Kretek

Novel Gadis Kretek merupakan salah satu karya dari seorang penulis perempuan yaitu Ratih Kumala. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, yang pertama kali dirilis pada tahun 2012 dibantu oleh Mirna Yulistianti sebagai editor.. Novel ini memiliki tebal 274 halaman, dan masuk ke dalam 10 besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2012.

Sinopsis Novel Gadis Kretek

Mengutip dari Tirto.Id, Gadis Kretek bercerita mengenai tragedi dan romantisme yang mengisahkan Raja dan Jeng Yah. Pak Raja (Soeraja) merupakan seorang pengusaha kretek yang ia beri nama Kretek Djagad Raja. Kretek ini menjadi Kretek nomor satu di Indonesia. Dalam novel ini dikisahkan bahwa Pak Raja begitu terpikat dengan kretek hasil lintingan Jeng Yah.

Laiknya Roro Mendut, Jeng yah memiliki air liur yang terasa manis. Air liur Jeng Yah yang dijadikannya perekat kertas linting dari produk campuran tembakau dan cengkeh itu menjadi “rahasia kenikmatan” tiap lintingan kretek yang dibuatnya.

Pada awal kisah dalam novel ini, diceritakan saat itu Pak Raja sedang sakit keras. Pada masa “sekaratnya” Pak Raja malah menyebut-nyebut nama perempuan yang bukan istrinya. Perempuan yang ia sebut menjelang ajalnya itu bernama Jeng Yah. Karena peristiwa ini, ketiga anak dari Pak Raja, Lebas, Karim, dan Tegar menjadi bertanya-tanya siapakah Jeng Yah ini? Sampai-sampai ayahnya yang sedang sekarat itu terus menyebut-nyebut namanya. Jika hal ini membuat anak-anaknya kebingungan, lain kata dengan istrinya. Tentu istri dari Pak Raja begitu cemburu, karena menjelang ajalnya Pak Raja, bukanlah namanya yang dipanggil, namun nama perempuan lain yang entah apa hubungannya dengan suaminya itu.

Pencarian Sosok Jeng Yah

Seperti umumnya seseorang yang sedang berada di ujung tanduk kehidupan, Pak Raja menyampaikan permintaan terakhirnya agar dapat bertemu Jeng Yah. Atas permintaan sang ayah, ketiga anaknya segera pergi ke pelosok Jawa dan mencari sosok Jeng Yah. Mereka harus berpacu dengan waktu karena harus segera mempertemukan Jeng Yah dengan ayahnya yang sedang sekarat.

Mencari Jeng Yah layaknya mengikuti jejak masa lalu yang mengungkapkan banyak sekali fakta mengenai rahasia bisnis dan keluarga, termasuk alasan mengapa romo mereka (Pak Raja) mencari Jeng Yah di akhir masa hidupnya. Novel Gadis Kretek ini tidak hanya berkisah tentang romansa cinta antara Soeraja dengan Jeng Yah namun, novel yang bisa digolongkan sebagai novel sejarah ini menghadirkan latar belakang yang kental dengan budaya Jawa seperti kota M, Kudus, serta beberapa wilayah lain di Jawa Tengah selama periode penjajahan Jepang hingga pemberontakan PKI.

Secara keseluruhan, novel ini juga mengisahkan tiga generasi dari dua yang berselisih di Kota M. Perselisihan ini terjadi akibat dari “kretek” dan “cinta”. Generasi pertama di sini adalah persaingan antara Idroes Moeria dan Soejagad. Kedua pria ini selain bersaing dalam hal bisnis kretek, namun juga untuk merebut gadis yang mereka cintai. Generasi ini berlatar belakang kehidupan di masa penjajahan Belanda-Jepang. Setelah itu, cerita berlanjut ke generasi kedua. Kini persaingan melibatkan tiga orang, yaitu Dasiyah (Jeng Yah), Soeraja (Pak Raja / Romo), Purwanti. Generasi ke-dua ini berlatar belakang kehidupan pada era pemberontakan G30S. Generasi ketiga merupakan tahap akhir dari novel ini, yang diceritakan di sini adalah kisah mengenai persaingan keluarga Soeraja dalam urusan pewaris bisnis ayahnya. Persaingan ini dikisahkan dengan menarik dan elegan, yang tentunya sayang untuk dilewatkan para penikmat novel.

Lantas, apakah Labas, Karim, dan Romo berhasil menemukan Jeng Yah? Lalu apa pula yang akan diperbuat jika Jeng Yah sudah ditemukan? belum lagi nasib Romo Soeraja pada akhirnya akan seperti apa? Untuk mengetahui semua itu maka Kawantur jangan sampai kelewatan ya baca novel yang satu ini, masa novel bagus gini dilewatkan begitu saja ya, rugi dongg.

Selain jangan lewatkan baca Novel Gadis Kretek ini, jangan lewatkan juga ya untuk berkunjung setiap harinya ke website Bertutur untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya. Terima kasih Kawantur yang sudah membaca artikel resensi novel gadis kretek ini sampai akhir, Have A Nice Day.      

0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
6 months ago

[…] Baca Juga: Resensi Novel Gadis Kretek: Selinting Cengkeh Berbalut Cinta. […]