Teknologi Tank Jerman pada Perang Dunia II

teknologi tank jerman pada perang dunia II

Pengembangan Teknologi Tank Jerman

Sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia Pertama, Jerman melalui pengaruh Von Seeckt dan juga Guderian mengembangkan teknologi tank Jerman, dengan spesifikasi yang dapat diandalkan, cepat, bermanufer baik, dan bertahan lama. Ahli dan mekanik Jerman juga dikirim ke luar negeri untuk belajar bagaimana pembuatan tank. Hasil pembelajaran dari luar negeri dan kerja sama rahasia dengan Uni Soviet, berakhir dengan dibuatnya beberapa prototipe tank. Pada tahun 1930-an, tank hasil rancangan tiga perusahaan yaitu Daimler-Benz, Krupp, dan Reinmetall-Bosigg berhasil dibuat dengan nama Großtraktor (David, 2017: 13).

Tank dengan kategori sedang atau menengah tersebut berbobot sekitar 19 ton dengan pengujian di Rusia, tepatnya di daerah Kama. Karena tidak diproduksi secara massal, maka bisa dibilang bahwa tank tersebut tidak sesuai dengan standar yang diinginkan, sehingga desain tank tersebut dianggap gagal. Namun, bagi pihak Rusia, tank Großtraktor malah dijadikan contoh dalam pembuatan tank mereka, hingga akhirnya dikeluarkan model T-28 berdasarkan penampakan Tank Großtraktor. Bisa dibilang pengaruh Jerman terhadap perkembangan tank dunia dimulai dari Soviet yang mendapat pengaruh desain tank tersebut. Kerjasama dua negara akhirnya perlahan-lahan berhenti ketika Hitler naik menjadi Kanselir. Kebijakan anti-komunis yang dijalankannya, mengakhiri secara perlahan kerjasama tersebut, sehingga kedua negara mengembangkan tank sendiri.

Tank Jerman pada Masa Hitler

Dibawah pengaruh Guderian dan Hitler, Panzerwaffe berada diatas angin, berkat desain tank yang begitu dapat diandalkan. Keseluruhan Panzer yang dimiliki Jerman dibuat seringan dan fleksibel mengikuti gaya perang kilat. Ketebalan lapis baja yang tidak sampai 50mm keatas dan digabung dengan cara dilas membuat Panzer Jerman lebih ringan sekaligus kedap air dalam melintasi genangan atau sungai kecil. Meriam pada Panzer memang sangat bervariasi, namun tahun 1930, adaptasi meriam 3,7mm digunakan sebagai meriam standar seluruh dunia pada saat itu. Sehingga, Panzer III sebagai tank tempur utama menggunakan juga ukuran meriam 3,7 mm. Suspensi yang digunakan dipengaruhi oleh suspensi dan roda buatan Cardon Loyd pada Panzer I. Namun, setelah beralih pada Panzer dua, penggunaan suspensi dan roda Cardon Loyd ditiadakan, mereka lebih memilih untuk menggunakan desain roda sendiri. Pada tahun pertama Perang Dunia II, Panzer III atau IV merupakan tank terbaik yang dimiliki Jerman sampai mereka menginvasi Eropa Barat. Didukung dengan kecepatan serta manuver yang baik, Panzer mampu menjadi kendaraan terobosan dalam taktik Blitkrieg (Ellis, 1976: 135-136).

Pengembangan Teknologi Tank Jerman oleh Hitler

Pencapaian gemilang atas taktik Blitzkrieg tersebut tidak membuat Hitler puas, dia menginginkan tank yang memiliki manuver tinggi, meriam berdiameter besar, dan tentunya berlapis baja yang tebal. Keinginan Hitler tersebut lahir dari tuntutan Jerman yang harus mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan cepat, sehingga kendaraan berat dan lambat bukanlah suatu hal yang dibutuhkan. Pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Guderian, bahwa tank sebagai kendaraan lapis baja harus menjadi kunci utama serangan, dengan pergerakanya yang cepat dan kemampuan manuver yang baik. Pada awal kampanye, Blietzkrieg merupakan taktik yang digunakan Jerman pada saat melakukan serangan ke beberapa Negara Eropa. Jerman mengandalkan kecepatan gerak pasukan dari divisi-divisi Panzer. Namun, efektivitas dari taktik tersebut segera menemui kendala, kala Panzer dipertemukan dengan tank yang lebih perkasa seperti Char B1, Mathilda, T-34 maupun KV-1. 

Keadaan tersebut memaksa Jerman khususnya Hitler untuk mengesampingkan faktor kecepatan dan kemampuan manuver yang baik demi mendapatkan durabilitas yang tinggi. Dengan membawa perubahan signifikan pada Panzer baru, Jerman segera terjebak pada 2 pilihan, kehabisan sumber daya atau mendemotorisasi sebagian panzer yang ada. Kekalahan demi kekalahan yang dialami juga merupakan dampak dari keterlambatan Jerman dalam merancang skema pertempuran yang sudah tidak efektif lagi. Namun, dalam perjalananya waktu, pengaruh dari perkembangan Panzer Jerman dinilai signifikan oleh Sekutu maupun Soviet. Jerman berhasil membuat tank menjadi kunci utama, dan bukanlah pendukung saja. Teknologi yang ada pada Panzer, diaplikasikan secara nyata oleh Sekutu dan Soviet kedalam Tank mereka sendiri. Bahkan setelah perang berakhir banyak Negara-negara Eropa mengambil beberapa sampel tank Jerman untuk di uji cobakan demi menemukan tank terbaik mereka sendiri (James, 1992: 32).

Daftar Sumber

  • Buku
  1. David Willey. 2017. Tank. The Definitive Visual History of Armored Vehicles. New York: DK Dorling Kindersley.
  2. Ellis C & Bishop D. 1976. Military Transport of World War I. London: Blandford Press.
  3. James S Corum. 1992. The Roots of Blitzkrieg: Hans Von Seeckt and German Military Reforms. Kansas: University Press of Kansas.
  4. Tiara Wacana, Nino Oktorino, 2019, Achtung Tiger! Kisah Legendaris Unit Tank Berat Waffen-SS, Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments