Terbentuknya PSSI sebagai Induk Sepak Bola Indonesia tidak terlepas dari adanya semangat sumpah pemuda yang mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan menjadi roh yang menghidupi induk sepak bola Indonesia, semoga para penerus organisasi ini bisa menjadikan sepak bola sebagai sarana persatuan dari ragamnya perbedaan di Indonesia.
Semangat Persatuan yang Dikobarkan Sumpah Pemuda
Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda pribumi di berbagai daerah berkumpul untuk mengadakan pertemuan yang kita kenal sebagai kongres sumpah pemuda ke-2. Kongres ini merupakan lanjutan dari kongres sumpah pemuda ke-1 yang digelar pada 2 Mei 1926 di Batavia. Gelaran kongres sumpah pemuda ke-2 berlangsung selama 2 hari pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Batavia. Kongres ini memiliki tujuan untuk (1) melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia, (2) membicarakan Beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia, serta (3) memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh Persatuan Indonesia (Sagimun, 1989).
Terbentuknya PSSI tidak luput dari semangat kesatuan yang dikobarkan sumpah pemuda. Seperti yang dituliskan oleh mantan ketua PSSI Maulwi Saelan dalam bukunya yang berjudul Sepak Bola “PSSI dilahirkan dan kelahirannya didukung oleh dari Sumpah Pemuda tahun 1928. Karena itu PSSI adalah anak kandung dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gerakan kebangsaan Indonesia, dengan tujuan khusus memperkokoh kesatuan bangsa melalui pengorganisasian sepak bola secara nasional”
Maraknya semangat persatuan membuat Soeratin Sosrosoegondo mempunyai pikiran bahwa sepak bola bisa menjadi sebuah sarana untuk menyatukan nasionalisme di kalangan pemuda dan untuk mensosialisasikan nilai-nilai perjuangan (elison, 2014:24)
Dari Terbentuknya Panitia Pertandingan Amal, hingga Terbentuknya PSSI sebagai Induk Sepak Bola Indonesia
Pada bulan Maret 1930, orang-orang Indonesia yang memiliki hobi bermain sepak bola membentuk sebuah panitian untuk mengadakan pertandingan amal, yang diberi nama Voetbalwedstrijden. Maksud dan tujuan pembentukan panitia ini adalah untuk mengadakan pertandingan-pertandingan amal yang hasilnya disumbangkan kepada badan-badan amal. Panitia Voetbalwedstrijden lalu mengundang bond-bond sepak bola dari berbagai kota, namun bond-bond tersebut meminta panitia mengantongi izin dari NIVB ~ Nederlandsch Indische Voetbal Bond, induk sepak bola yang berlaku di Hindia Belanda~. Karena permintaan tersebut, panitia memutuskan untuk menyurati NIVB. Alih-alih mendapatkan persetujuan, panitia malah mendapat tanggapan yang pedas dari NIVB “Tidak bisa, anggota NIVB dilarang bermain dengan perkumpulan sepak bola inlander yang belum teratur baik”(Elison, 2014: 2).
Surat balasan dari NIVB ternyata mendorong para tokoh sepak bola Yogyakarta seperti Soeratin, Daslan, Anwar Noto, dan lainnya mengadakan perkumpulan untuk membentuk panitia sementara pada awal April 1930. Setelah terbentuk, panitia sementara lalu mengadakan rapat di Gedung Handeprojo ~kini gedung batik di jalan Yudonegaran Yogyakarta~ pada 10-11 April 1930 yang dihadiri oleh klub Indonesia se-Yogyakarta. Rapat ini menghasilkan keputusan untuk menyelenggarakan konferensi pada 19 April 1930, dan hanya dihadiri oleh bonden dari Jawa saja karena waktu yang mendesak. Tepat sesuai dengan rencana, hari Minggu tanggal 19 April sekitar pukul 9 malam, konferensi diadakan di Gedung Handeprojo. Pertemuan dibuka oleh Voorzitter Comite ~dari bahasa Belanda yang artinya kepala komite~ tuan Daslem Hadiwasito. Konferensi ini memiliki tujuan untuk mendirikan badan persatuan yang mirip dengan NIVB atau Hwa Nan Voetbalbond
Tujuh Voetbalbond Pencetus PSSI
Ada tujuh voetbalbond yang ikut hadir dalam konferensi ini diantaranya, Betawi (VBIJ), Bandung (BIVB), Mataram (PSM), Soerakarta (VVB), Magelang(?), Madiun (M.V.B) dan Surabaya (S.I.V.B) (Bintang Mataram, 22 April 1930). Wakil dari Surabaya mengutaran bahwa dunia olahraga Indonesia merasa terbelakang dari bangsa lain, padahal kemajuan suatu bangsa tidak bisa terlepas dari masalah olahraga. Menanggapi pendapat tersebut, Tuan Abdul Hamid berpendapat, bahwa sekarang sudah waktunya untuk mendirikan Voetbalbond Indonesia. Sebelum adanya pertemuan ini, di Surabaya sudah lebih dahulu mendirikan Voetballbond dari hasil kreasi Mr. Soebroto, Mr. Tjindarboemi, dan Soeroto yang diberi nama I.V.B, namun voetbalbond tersebut belum bisa maju (Bintang Mataram, 22 April 1930), senada dengan wakil Surabaya, wakil dari Soerakarta mengutarakan bahwa sebelumnya dia sudah membentuk Java Voetbalbond, dan Midden Java Voetbalbond namun hanya bertahan seumur jagung. Wakil dari Bandung dan Jakarta sangat menyutujui adanya badan persatuan yang dicita-citakan itu.
Dalam kongres, disetujui bahwa PSSI bermarkas di Mataram karena dianggap terletak di tengah-tengah. Dibicarakan pula mengenai calon nama yang digunakan. Ada tiga calon nama organisasi yang menjadi pilihan yaitu INVB, PBVI, dan PSSI yang diajukan oleh wakil Solo, Soetarman. Anggota konferensi sepakat menggunakan nama PSSI sebagai nama organisasi (Bintang Mataram, 23 April 1930). Sebelum rapat berakhir, lebih dahulu membahas mengenai keanggotaan yang hanya memperbolehkan Indonesia saja yang menjadi anggota organisasi. Poin lainnya yang dibahas adalah mengenai rencana stedentournooi yang diselenggarakan di Solo.
Kongres ini berakhir pada pukul 00.30 malam dengan seruan hidup PSSI dan hura tiga kali (Bintang Mataram, 24 April 1930). Terbentuknya Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) dengan ketua umum pertamanya Ir. Soeratin Sosrosoegondo, membuat PSSI menjadi sebuah organisasi yang mewadahi persepakbolaan nasional Indonesia. Tak hanya itu, dengan adanya PSSI perjuangan sepak bola nasional Indonesia, untuk menyetarakan diri dengan NIVB menjadi lebih terstruktur.
Referensi Sumber Terbentuknya PSSI sebagai Induk Sepak Bola Indonesia
- Sumber Primer
Artikel dalam Surat Kabar Bintang Mataram
- “Pendirian Voetbalbond Indonesia PSSI”. 22 April 1930
- “Pendirian Voetbalbond Indonesia PSSI (Samboengan B M. Kemaren)”. 23 April 1930
- “Pendirian Voetbalbond Indonesia PSSI (Samboengan B M. Kemaren)(Penoetoep)”. 24 April 1930
- Sumber Sekunder
- Elison Eddi. 2014. Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belandan dengan Sepak Bola Kebangsaan. Yogyakarta: Ombak.
- Sagimun, M. 1989. Peranan Pemuda dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi. Jakarta: Bina Aksara
- Saelan Maulwi. 1973. SEPAKBOLA. Jakarta: Yayasan Sepak-bola Indonesia