Resensi Novel Laut Bercerita: Kisah Penculikkan Aktivis 1998 dalam Sebuah Novel

resensi novel laut bercerita

Hallo Kawantur, kali ini Mintur mau kasih resensi Novel Laut Bercerita, novel ini memiliki latar sejarah masa Orde Baru, yuk ikutin resensinya.

Sekilas Peristiwa dalam Novel Laut Bercerita

“MUNGKIN mereka yang diculik dan tak kembali telah bertemu dengan para malaikat”.

Debur ombak dari bunyi mesin perahu motor yang memecah pagi itu menghalangi ucapanku. Alex dan Coki bersama-sama duduk menghadap ke arah juru mudi, sedangkan aku duduk berlawanan dengan mereka. Tetapi keduanya tampak melamun ke arah laut lepas dan sama sekali tak mendengar kalimatku. Hari masih terlalu dini untuk menyimak pernyataanku yang morbid itu. Mudah-mudahan kalimat itu ditelan angin saja. Coki terus-menerus menghisap rokoknya, sedangkan Alex, yang rambutnya kini sudah lebat itu, berdiri tegak mencoba melawan angin seperti halnya dia mencoba melawan apa pun yang dianggap menghadangnya.

“Maksudmu… kita menganggap mereka sudah mati?” tiba-tiba suara Alex menaklukkan suara perahu motor yang parau.

Aku terkejut. Ternyata dia mendengarku.

Coki memandangku sekilas kemudian kembali menatap laut yang dibelah oleh perahu motor yang melaju dengan cepat

Aku memutuskan untuk pindah duduk di sebelah Alex. Rambutku yang sudah memanjang sebahu kini merasa mengganggu karena tertiup angin ke sana kemari.

“Mungkin aku terdengar dingin. Tapi ada saatnya kita harus pasrah,” aku mengucapkan itu dengan hati-hati. Dari semua kawan-kawan yang dilepas kembali oleh penculiknya, Alex dan Daniel adalah dua korban yang bereaksi paling keras sekaligus keras kepala. Mereka tentu saja bukan bermimpi untuk tiba-tiba saja bertemu dengan Mas Laut atau Sunu dalam keadaan sehat walafiat. Tapi keduanyalah yang paling sering mencari cara untuk menghidupkan isu ini agar pemerintah (dan masyarakat) tetap ingat, bahwa “masih ada 13 teman kami yang belum jelas nasibnya!” demikian kata Alex dengan yang semakin mengeras

Identitas Novel

  • Judul Buku : Laut Bercerita
  • Penulis : Leila S.Chudori
  • Tebal buku : 379 Halaman
  • Tahun Terbit : 2017
  • Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
  • Harga buku : +- Rp. 100.000
  • ISBN: 978-602-424-694-5

Sinopsis Novel Laut Bercerita

Dikutip dari primapers.com, Novel Laut Bercerita  ini menjadi salah satu buku leila Salikha Chudori yang best seller, bahkan meraih penghargaan tertinggi IKAPI Awards dengan kategori Book of the Year pada 9 November 2022.

Novel terbitan tahun 2017 ini bertemakan mengenai persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Berlatar tahun 90-an dan 2000, novel ini mampu membawa para pembacanya masuk ke dalam peristiwa kelam masa Orde Baru. Leila menegaskan bahwa novel ini hanya merupakan historical fiction, tetapi ia menuliskan berdasar pada fakta yang ada. Untuk menyelesaikan novel ini, Leila membutuhkan waktu 5 tahun, serta penyelidikan mendalam mengenai karakter, juga tempat peristiwa yang sudah berlalu agar novel ini seakan hidup saat dibaca. Novel ini telah digarap menjadi film pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit yang disutradarai Pritagita Arianegara. Novel ini terbagi menjadi 2 bagian yang akan Mintur tuliskan di bawah sini.

Bagian Pertama Novel Laut Bercerita 

Bagian pertama ini diceritakan berdasarkan perspektif dari Biru Laut. Laut sendiri merupakan seorang mahasiswa Universitas Gadjah mada jurusan Sastra Inggris. Sebagai mahasiswa sastra, Laut memang menggemari karya-karya sastra. Salah satu buku yang ia gemari adalah buku-buku karangan Pramoedya Ananta Toer. Sayangnya, saat itu buku-buku dari Pram termasuk buku yang peredarannya dilarang di Indonesia.

Laut secara diam-diam memfotokopi buku-buku karya Pram tersebut di salah satu tempat yang dikenal sebagai fotokopi terlarang. Di tempat itulah, Laut berkenalan dengan Kinan, mahasiswa FISIP yang mengenalkan Laut pada organisasi Winatra dan Wirasena. Akhirnya Laut pun bergabung dengan organisasi Winatra ini. Bersama organisasi Winatra, Laut gencar dalam melakukan aktivitas diskusi buku, serta melakukan penentangan terhadap pemerintahan yang sudah berkuasa lebih dari 30 tahun di negara ini.

Dalam bagian ini juga salah satu hal menarik adalah saat Laut dan organisasinya ini melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan. Setelah melaksanakan aksi ini, ketika Laut dan sebagian rekannya menunggu bus di terminal, ternyata ada sekelompok orang yang mencurigakan sedang mengintai mereka. Alhasil, Laut, bram, dan Alex tertangkap oleh sekelompok orang mencurigakan tersebut dan dibawa ke markas tentara. Di markas tentara ini, Laut dan teman-temannya diinterogasi dengan sangat keras seperti diinjak, dipukul, disetrum, dan perlakuan penyiksaan lainnya yang tidak manusiawi.

Pada bagian pertama ini, tidak hanya menceritakan mengenai kegiatan Laut dalam berorganisasi, namun menceritakan juga mengenai kisah keluarga Laut, dan kegiatan kuliahnya. Walaupun Laut sibuk dengan aktivitas organisasinya, namun ia tidak melupakan dengan kewajiban kuliahnya.

Bagian Kedua Novel Laut Bercerita

Pada bagian kedua, novel ini berjalan dengan sudut pandang dari Asmara yang merupakan adik dari Laut. Bagian kedua ini bermula dari tahun 2000, tepat dua tahun Laut dan 13 temannya menghilang entah kemana. Bersama kawan-kawannya, Asmara memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga khusus yang bergerak dalam menangani orang yang dihilangkan secara paksa, seperti kakaknya, Laut.

Lembaga ini dibuat dengan harapan agar Laut beserta rekan-rekannya yang hilang itu , tidak habis dimakan waktu dan mendesak pemerintah agar segera menuntaskan perkara ini. Lantas, siapakah yang menjadi dalang dari kasus penghilangan paksa ini? yuk baca novel Laut Bercerita sampai tamat.

Kelebihan Buku

Buku ini sangat kaya dalam wawasan, walaupun dikemas secara fiksi, namun buku ini mengangkat isu nyata mengenai pengalaman para aktivis yang diculik pada maret 1998. Pembentukan karakter yang kuat, alur cerita yang menarik, ditambah edukasi dalam buku ini yang sangat kaya membuat buku ini sangat layak memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.

Novel ini juga membuat perasaan para pembacanya tercampur aduk, dari mulai sedih, kesal, lucu, romantis, menegangkan, bercampur menjadi satu. Novel ini juga membukakan mata kita bahwa banyak kasus kelam di negeri ini yang belum tertuntaskan.

Kekurangan Buku 

Buku ini memiliki alur yang maju mundur, jadi para pembaca yang belum terbiasa dengan alur ini mungkin akan sedikit kebingungan saat membacanya. Ketelitian dan fokus tentu dibutuhkan dalam membaca buku ini, ditambah buku ini memiliki 2 sudut pandang, yang bisa mengecoh pembacanya.

Pesan Moral yang Bisa Dipelajari

Buku ini mengangkat kisah para aktivis 1998. Mereka berjuang karena melihat Indonesia sudah sangat tidak baik-baik saja. Pemimpin yang menjabat selama lebih dari 30 tahun ini memang dirasa sudah terlalu memupukkan keinginan pribadinya di atas negri ini. Maka dari itu banyak elemen masyarakat yang turun ke jalan dan berusaha menggulingkan rezim ini, termasuk para aktivis yang diceritakan dalam novel ini. Mereka yang berjuang untuk kebaikan Indonesia ini sudah sepatutnya kita teladani. Di era sekarang ini, ada perlunya kita mengawal jalannya pemerintahan, agar kekuasaan yang berjalan tidak semakin kuat, dan mengakibatkan penyelewengan yang sulit dihentikan.  

Cukup sekian dulu ya resensi novel Laut Bercerita dari Mintur, kalau menurut Kawantur gimana nih novel yang satu ini? Buat kalian yang belum baca, apalagi kalian yang memang penikmat novel sejarah, wajib deh baca novel yang satu ini. Kalau kalian yang sudah membaca novel ini dan mengikuti kasus penculikan aktivis 1998, pasti inget sama sosok Wiji Thukul ya kan? kira-kira Mba Leila menuangkan Wiji Thukul ini dalam karakter siapa ya dalam novel ini?

0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
4 months ago

[…] Baca Juga: Resensi Novel Laut Bercerita: Kisah Penculikkan Aktivis 1998 dalam Sebuah Novel […]