Sinopsis Novel Amba: Kala Sebuah Cinta Terpisahkan oleh Malapetaka G30S

sinopsis novel amba laksmi pamuntjak

Sepucuk Kata Dari Bisma untuk Amba

April 1974

Jelas bagiku, Amba. Soal menunggu, maksudku. Ketika kita bicara tentang menunggu, kita tak bicara tentang berapa hari, berapa bulan. Kita bicara tentang titik di mana kita akhirnya memutuskan untuk “percaya”: seperti saat kita meraih pena dan kertas, terharu oleh senyum seorang pasien yang pulih, atau tersenyum kepada seorang pengunjung yang berkata, masih lebih baik memiliki rumah daripada tidak memilikinya sama sekali

Di sini ada seorang Banten yang kadang-kadang kukunjungi. Namanya Rukmanda. Ia percaya aku memiliki kekuatan khusus. Ketika ia pertama kali mencoba menunjukkan kepadaku kenyataan itu, aku segera menolak. “Aku nggak mau dengar” kataku. Aku semula menduga kesimpulan itu terkait dengan namaku. Dan jika memang demikian, aku telah tahu. Aku telah lama tahu. Aku tak perlu seseorang dari dunia hitam memberitahuku bahwa aku hanya akan mati saat aku menginginkannya. Atau bahwa wajahmulah, kekasihku, yang akan menjadi wajah terakhir yang aku lihat. Tapi, lama-kelamaan, aku mengerti maksud orang Banten itu.

Sering kali kami sebagai satu kelompok dipukuli tanpa ampun karena kesalahan salah satu dari kami, tetapi pelan-pelan aku mulai sadar bahwa ketika hal itu terjadi aku tidak merasakan sakit apapun.

Aku juga tidak merasakan sakit apapun selama interogasi, yang jelas-jelas hanya sebuah alasan untuk penyiksaan. Ada orang yang mengatakan, rasa-sakit fisik menyerupai kematian: setiap kali rasa-sakit diterpakan ke tubuh ia adalah sejenis eksekusi pura-pura untuk menggertak dan menaklukkan. Aku mencoba membayangkan itu semua. Lebih jauh lagi aku mencoba membayangkan sesuatu yang mirip bunyi, atau bau, dari rasa-sakit, jika memang ada hal yang seperti itu. Tapi aku tidak mendapatkan apa-apa.

Aku memang lihat apa yang dilakukan terhadap tubuhku: luka tusukan, cercahan yang panjang dan bengis, gelembung-gelembung nanah. Aku bahkan bisa melihat yang lebih dari itu semua: pertunjukkan kekuasaan yang brutal, pameran kekerasan yang gamblang. Tapi aku tidak bisa memanggil rasa-sakit untuk datang.

Aku tulis semua ini dalam waktu senggangku, sayangku–seiris waktu yang langka dan berharga. Tapi sekarang semua akan kembali gelap.

Sekali lagi aku harus meninggalkanmu.

Sinopsis Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak

Amba Kinanthi merupakan anak dari Sudarminto yakni seorang Kepala Sekolah di Kadipura Jawa Tengah dan ibunya bernama Naniek. Sebagaimana dalam kisah pewayangan, di sini Amba juga memiliki dua orang adik bernama ambika dan ambalika. Novel berlatar sejarah Orde Baru, khususnya pembuangan orang orang PKI dan yang diduga PKI ke Pulau Buru ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. 

Amba yang pada saat itu berusia 18 tahun sama sekali tidak memikirkan untuk menikah, karena ia ingin melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini ternyata menjadi kekhawatiran bagi orang tuanya, karena layaknya kehidupan di desa, perempuan umur segitu kebanyakannya sudah melangsungkan pernikahan.

Pada 1962, Sudarminto ayah Amba berkunjung ke sebuah pertemuan yang digelar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gadjah Mada. Pada acara ini, SUdarminto bertemu dengan Salwani Munir (Salwa) yang merupakan seorang dosen muda saat itu.

Sudarminto ternyata tertarik dengan Salwa, dan bermaksud untuk menjodohkannya dengan Amba. Sebelum perjodohan ini dilakukan, Amba meminta sebuah permintaan agar diperbolehkan untuk menyelesaikan terlebih dahulu kuliahnya. Syarat ini nyatanya diperbolehkan, dan Amba menjadi seorang mahasiswi jurusan Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, tempat Salwa mengajar.

Memasuki tahun kedua studinya di UGM, Amba harus menjalani LDR karena Salwa yang dipindah tugaskan ke Universitas Airlangga, Surabaya. Berdalih pada suasana politik yang sedang kisruh, Salwa meminta untuk segera menyelenggarakan pernikahan, namun hal ini ditolak oleh Amba..

Setelah Salwa pindah ke Surabaya, Amba juga ternyata diterima menjadi seorang penerjemah di rumah sakit Suno Walujo yang berada di Kediri. Di RS Suno Walujo ini, Amba bertugas untuk menerjemahkan setiap dokumen medis berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Di rumah sakit ini, Amba bertemu seorang dokter lulusan Jerman Timur yang bernama Bisma. 

Tanpa bisa dielakkan, kehadiran Bisma berhasil menimbulkan benih cinta dibenak Amba. Cinta yang tumbuh ini begitu berbeda dengan apa yang Amba rasakan terhadap Salwa, namun sialnya cinta yang tumbuh antara Amba dan Bisma akhirnya menumbuhkan benih seorang anak diluar pernikahan.

Pada 1965, malapetaka pun muncul bagi pasangan kekasih ini. Bisma ditangkap karena dianggap mempunyai keterlibatan dengan PKI. Penangkapan itu terjadi di Yogyakarta, tepatnya saat menghadiri sebuah acara kesenian yang digelar oleh teman Bisma, Untarto. Akibat penangkapan tersebut, Bisma lalu diasingkan ke Pulau Buru tanpa sepengetahuan Amba. Akhirnya Amba yang sedang kebingungan pergi ke Jakarta, meninggalkan Salwa juga keluarganya. Di Jakarta dia bertemu dengan seorang pria yang bersedia menikahinya, yaitu Adelhard Elier, seorang lelaki lelaki keturunan Jerman. Setelah 3 bulan melahirkan anaknya yang diberi nama Srikandi, Amba mengirimkan surat kepada orang tuanya. Dalam isi surat tersebut Amba menuliskan bahwa ia sudah menikah dan mempunyai seorang anak, namun bukan dengan Salwa.   

Suatu hari, setelah Adelhard meninggal dunia, Amba menerima sebuah email yang berisikan bahwa Bisma telah meninggal dunia di tempat pembuangan para tahanan politik PKI, Pulau Buru. Karena rasa penasarannya, pada 2006, Amba memutuskan untuk pergi ke Pulau Buru untuk mencari tahu kebenaran dari informasi tersebut.

Semua rasa cinta dan kenangannya terhadap Bisma, tumpah ruah di Pulau Buru. Terlebih ia mendapatkan surat-surat yang Bisma tulis di Pulau Buru untuk dirinya. Surat-surat itu ditemukan dalam sebuah tabung yang diletakkan di bawah pohon meranti yang ada di Kampung Walgan. Salah seorang penghuni asli Pulau Buru bernama Manalisa menjaga satu-satunya peninggalan Bisma yang diperuntukkan untuk Amba.

Setelah merasa puas dengan jawaban yang ia temukan di Pulau Buru, Amba kembali pulang ke Jakarta dengan perasaan tenang. Pertanyaan yang selama ini menghantui pikirannya, kini ia berhasil memecahkannya. Orang tercinta yang selama ini ia cari, ternyata ditangkap oleh pemerintahan hanya karena diduga terlibat dalam tubuh PKI, dan dibuang ke Pulau Buru hingga menemui ajalnya di sana, tanpa sempat bertemu sekalipun dengan sang kekasih hati.

Tema dan Penokohan Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak

Novel Amba bertemakan perjuangan dan cerita cinta yang berlatar sejarah Indonesia saat peristiwa G30S. Meskipun merupakan novel fiksi, novel ini mengandung sisi sejarah dari salah satu masa terkelam di Indonesia. 

Amba, tokoh utama dalam kisah ini merupakan seorang perempuan yang keras kepala, memesona, dan tahu persis apa yang ia inginkan dalam kehidupannya. Amba kerap mengambil pilihan-pilihan sulit dalam hidupnya, termasuk saat ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta, juga Pulau Buru demi menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan yang selalu menghantui pikirannya selama ini.

Salwa, seorang dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UGM yang sangat mencintai Amba. Salwa memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga Amba, yang juga setuju untuk menikahkan anaknya dengan dosen UGM tersebut

Bisma, satu-satunya lelaki yang benar-benar Amba cintai. Jalinan cinta mereka dimulai saat mereka sama-sama bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di Kediri. Bisma diasingkan ke Pulau Buru sebagai tahanna politik saat peristiwa G30S dan tidak pernah kembali.

Adalhard, seorang keturunan Jerman yang menolong Amba saat ia sedang kebingunan mencari Bisam. Adalhard sangan mencinta Amba dan anaknya, walau Adalhard tahu bahwa Amba tidak akan bisa melupakan Bisma dalam kehidupannya.

Identitas Novel

Judul : Amba – Sebuah Novel

Penulis : Laksmi Pamuntjak

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : September 2012 (cetakan pertama)

  November 2012 (cetakan kedua)

  Februari 2013 (Cetakan ketiga)

Jumlah Halaman : 577 Halaman

ISBN : 978-979-22-9984-7

  978-602-06-1781-7 (DIGITAL)

Kelebihan Novel

Dilansir dari Gramedia.com salah satu kelebihan yang paling utama dari novel ini adalah nukilan epos Mahabrata yang muncul di setiap pergantian “buku-nya”. Nama-nama tokoh di sini juga memang diambil dari cerita pewayangan dan penulis memulai setiap “buku” dengan kutipan cerita yang diambil dari kitab aslinya.

Dalam novel ini, kita akan menemukan banyak filosofi dari kitab-kitab tua. Selain itu, kita sebagai pembaca pun diajak menyelami kusutnya suasana politik pada 1965 yang bisa berdampak pada siapa saja yang sedang mengalami kesialan. Kita seolah membaca suatu buku sejarah dan mendapatkan banyak informasi yang bisa kita jadikan sebagai pijakan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah Indonesia tahun 196-an..

Novel ini pun diperkaya dengan pemilihan diksi yang sangat beragam oleh Laila S Chudori, yang sangat bisa membuat pembacanya mendapatkan kosa kata baru sehabis membaca novel ini.

Kekurangan Novel

Kekurangan dari novel ini mungkin terletak pada karakter Adalhard yang terasa seperti selewat saja, padahal waktu yang dihabiskan Amba bersama Adelhard bisa dibilang cukup banyak.

Penghargaan Novel Amba

Novel ini berhasil mendapatkan penghargaan sastra tingkat dunia. Dengan latar sejarah yang dibumbui kisah cinta rumit, novel ini memang sangat layak mendapatkan penghargaan tersebut. Tepatnya pada 2016, Novel ini memenangkan penghargaan LiBeraturpreis 2016 di Jerman. LiBeraturpreis adalah sebuah penghargaan sastra Jerman yang ditujukkan khusus kepada penulis perempuan dari Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Wilayah Karibia.

Cukup segitu dulu ya sinopsis novel amba. Kisah mengenai Amba harus banget deh kalian baca novelnya, apalagi yang suka sama novel latar sejarah, pastinya novel karya Laksmi Pamuntjak yang satu ini ga boleh dilewatin dong. Novel apalagi nih yang kalian pengen ada di rubrik Bincang Buku-nya Bertutur.com? 

0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
4 months ago

[…] Baca Juga: Sinopsis Novel Amba: Kala Sebuah Cinta Terpisahkan oleh Malapetaka G30S […]

trackback
4 months ago

[…] Baca Juga; Sinopsis Novel Amba: Kala Sebuah Cinta Terpisahkan oleh Malapetaka G30S […]