Resensi Novel Cantik itu Luka: Pembalutan Wanita Pemuas Nafsu Tentara Jepang dalam Novel Fiksi

resensi novel cantik itu luka

“Sore hari diakhir pekan bulan Maret, Dewi Ayu bangkit dari kuburan setelah dua puluh satu tahun kematian. Seorang bocah gembala dibuat terbangun dari tidur siang dibawah pohon kamboja, kencing dicelana pendeknya sebelum melolong, dan keempat dombanya lari diantara batu dan kayu nisan tanpa nama dan rumput setinggi lutut, tapi semua orang mengenalnya sebagai kuburan Dewi Ayu. Ia mati pada umur lima puluh dua tahun, hidup lagi setelah dua puluh satu tahun mati, dan kini hingga seterusnya tak ada orang yang tahu bagaimana menghitung umurnya”.

Sepatah Kesan dari Penulis Resensi

Novel ini diawali dengan penceritaan Dewi Ayu yang bangkit dari kubur. Menurutku ini epic sih, awal kisah yang seolah menegaskan “berani memulai membaca buku ini? Siap-siap tidak bisa tenang beraktivitas sampai bacaannya selesai”. Itulah yang aku rasakan Kawantur, saat harus menjalani aktivitas keseharianku, pikiran ini seolah terus mengajak “yuk baca lagi” “duh pengen cepet-cepet nerusin bacaan” dan seperti itu. Tak terasa, embun pun belum sempat memecahkan dirinya, tangan ini sudah sampailah dilembaran akhir novel karya Eka Kurniawan yang satu ini.

Sinopsis Singkat Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik Itu Luka bercerita mengenai alur hidup Dewi Ayu yang tanpa dikehendakinya harus menjadi pelacur pada Zaman Kolonial. Sejak kecil, Dewi Ayu tumbuh tanpa asuhan ayah dan ibu yang terusir karena kawin sedarah. Dewi Ayu pun kemudian diasuh oleh kakek-neneknya dan tumbuh menjadi perempuan kuat, pemberani, dan sangat cantik.

Keberanian Dewi Ayu mulai tergambarkan saat ia harus menjalani kehidupan di penjara, saat Jepang menyerang Hindia Belanda. Dalam barak penampungan itu, demi membantu seorang temannya Dewi Ayu rela menyerahkan kesuciannya.

Dewi Ayu menjadi salah satu dari 19 perempuan tahanan yang dipindahkan ke rumah mewah yang dikelola oleh Mama Kalong. Di tempat ini, Dewi Ayu dan perempuan lainnya  harus melayani nafsu para tentara Jepang. Akibat kecantikan yang dimiliki Dewi Ayu, ia selalu menjadi rebutan lelaki yang datang ke sana untuk menyalurkan nafsunya. Tanpa butuh waktu lama, kabar Dewi Ayu sang pelacur tercantik seantero Halimunda bertiup kencang ke telinga para lelaki pemuja  nafsu.

Selama menjadi pelacur, Dewi Ayu melahirkan empat anak perempuan yang entah dari benih lelaki mana. Alamanda merupakan sang anak pertama, ia merupakan perempuan yang sangat cantik jelita persis ibunya. Kecantikan Alamanda juga ternyata membawa petaka pada dirinya, ia terpaksa harus menikah dengan seorang jenderal yang tergila-gila padanya, walaupun ia tidak pernah mencintai sang jenderal tersebut. 

Anak kedua Dewi Ayu bernama Adinda, perempuan yang tak kalah cantiknya dengan Alamanda. Adinda menikah dengan Kliwon Sang Kamerad Komunis sejati, lelaki yang begitu dicintai oleh Alamanda. Kisah cinta Adinda pun bisa dibilang menyakitkan, karena ia terpaksa menikah dengan Kliwon yang jelas-jelas hanya mencintai Alamanda.

Anak Ketiga Dewi Ayu bernama Maya Dewi, lagi-lagi berparas cantik jelita. Ia menikah dengan preman terkuat di Halimunda, yang dulunya merupakan “pelanggan” dari Dewi Ayu. Maya Dewi menikah pada usia yang masih sangat belia pada saat itu. Bahkan ia dan suaminya lebih nampak seperti anak dan bapak, dari pada sepasang suami-istri.

Sampailah ke anak keempat Dewi Ayu yang diberi nama “Cantik”. Namanya sungguh tidak merepresentasikan wujud anaknya tersebut, karena si Cantik berparas sangat buruk rupa, berkulit hitam legam, dan memiliki hidung yang lebih mirip dengan colokan listrik. Mungkin ini merupakan harapan dari Dewi Ayu yang pada saat itu ingin mendapatkan anak buruk rupa, karena merasa mengasuh anak-anak yang sangat cantik itu amat merepotkan. Dewi Ayu nyatanya meninggal sebelum sempat melihat si Cantik buruk rupa ini.

Latar waktu yang digunakan dalam novel cukup panjang, dari mulai masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa Kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan. Karena itulah novel ini bisa disebut sebagai novel sejarah. Dalam novel ini juga kita dapat banyak belajar mengenai kehidupan Jugun ianfu (wanita penghibur tentara masa Jepang). Jugun ianfu adalah salah satu bentuk penjajahan Jepang terhadap para wanita di Indonesia, mereka dipaksa menjadi budak seks para tentara Jepang yang saat itu sedang stres karena Perang Dunia II yang sedang mereka hadapi.

Untuk kalian para penikmat sejarah, tentunya jangan sampai terlewatkan untuk membaca novel yang satu ini, karena novel ini  bisa dijadikan sebagai langkah heuristik pertama kalian untuk menyelami jiwa zaman pada masa pendudukan Jepang terutama dalam kasus Jugun ianfu. 

Identitas Novel

Judul Novel: Cantik Itu Luka

Penulis: Eka Kurniawan

Jumlah Halaman: 481 Halaman

Ukuran Buku: 15 x 21 cm

Penerbit: PT Gramedia Utama
Genre: Romantis, Sejarah, dan Realisme Magis 

Tahun Pertama Kali Terbit: 2002 

Penghargaan Cantik Itu Luka 

Dilansir dari Tirto.id, Cantik Itu Luka merupakan novel pertama Eka Kurniawan yang menarik perhatiaan internasional. Pada 2006, novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan Judul Bi wa kizu. Saat ini, Cantik Itu Luka sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 34 bahasa, dan dianggap mewakili sastra Indonesia kontemporer di kancah internasional. 

Pada 2018 berkat novel ini juga, Eka Kurniawan mendapatkan penghargaan yang sangat prestisius dari Kerajaan Belanda yaitu, Prince Claus Award. Dalam laman resmi Prince Claus Award, dituliskan bahwa karya-karya Eka Kurniawan ini disebandingkan dengan gaya penulisan Gabriel Garcia Marquez dalam salah satu karyanya yaitu Seratus Tahun Kesunyian (1967).

Kelebihan Novel Cantik Itu Luka

Novel Eka Kurniawan yang satu ini tersusun dengan begitu ciamik yang membuat alur maju mundur dalam novel ini tidak membuat bingung para pembaca. Novel yang memiliki tingkat kompleksitas yang timbul karena perpaduan antara kisah sejarah keluarga, sejarah berbagai masa di Indonesia, komunisme, perjuangan kemerdekaan, horor, dan kisah cinta, berhasil diuraikan dengan manis oleh Eka Kurniawan, yang membuat para pembaca jadi betah menyusuri tiap kata yang tersaji dalam novel ini.

Novel fiksi ini terlihat begitu jelas merupakan sebuah produk yang lahir dari hasil riset mendalam. Ibarat menyelam sambil minum air, kita sebagai pembaca bisa mendapatkan informasi seputar sejarah Indonesia sembari menikmati alur cerita yang begitu mengasyikan. Begitu banyak informasi berharga yang tersaji dalam sebuah novel fiksi ini.

Kekurangan Novel Cantik Itu Luka

Kekurangan novel Cantik Itu Luka adalah novel ini mungkin tidak cocok untuk semua kalangan. Bagi seseorang yang memiliki sensitivitas terhadap kata-kata vulgar, sepertinya novel ini tidak cocok, karena memang novel ini ditulis oleh Eka Kurniawan secara blak-blakan dengan kata-kata yang vulgar. Untuk mereka yang masih berusia dibawah umur juga sepertinya novel ini tidak cocok, karena mengandung cerita mengenai seks, pembunuhan, dan penyiksaan.

Penutup

Cukup sekian deh resensi tentang novel Cantik Itu Luka, Mintur bener-bener ingin mengajak Kawantur semua untuk membaca salah satu novel masterpiece Eka Kurniawan ini, karena dahlah pokoknya kalian harus baca sendiri dan rasakan sensasinya!

Ikuti terus rubrik Bincang Buku by Bertutur.com ya untuk mendapat inspirasi bacaan yang harus kalian pertimbangkan. Buat yang suka menulis mengenai resensi buku, boleh banget jika ingin mengirimkan tulisan kalian, yang nantinya akan Mintur muat di bertutur.com atas nama kalian ya, terimakasih sudah membaca sampai selesai, have a nice day.

0 0 votes
Beri Kami Nilai
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
6 months ago

[…] Baca Juga: Resensi Novel Cantik itu Luka: Pembalutan Wanita Pemuas Nafsu Tentara Jepang dalam Novel Fiksi […]

trackback
4 months ago

[…] Siapa yang tidak mengenal Eka Kurniawan? Cara pandang dan gaya bahasa yang ia tuangkan dalam setiap karyanya mampu memikat hati setiap pembaca. Salah satu novelnya yang legendaris adalah Cantik Itu Luka. […]