Sebentar lagi seluruh Bangsa Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-78 pada 17 Agustus tahun 2024 ini. Harapan Mintur semoga negara ini semakin berkembang menjadi negara yang adil dan makmur untuk seluruh bangsanya, tanpa melihat golongan dan kedekatan. Ngomongin soal proklamasi nih ya, pernah ga kalian berpikir kenapa dalam isi teks proklamasi yang asli, tahun kemerdekaan ditulis 05, bukan 45? apakah 05 itu diambil dari angka akhir tahun 45 atau gimana? nah sebagai warga negara yang baik, sebaiknya kita melek nih mengenai kemerdekaan bangsa kita sendiri, maka dari itu yuk kita bahas di sini, beserta kejadian unik seputar Proklamasi Tahun 1945.
Daftar Isi
ToggleSejarah Singkat Proses Proklamasi Indonesia
Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1945, kala itu bangsa Indonesia secara resmi menyatakan kemerdekaannya. Salah satu yang menjadi faktor kemerdekaan Indonesia pada saat itu adalah menyerahnya Jepang kepada sekutu pada gelaran Perang Dunia ke 2. Namun, tentu itu bukan faktor satu-satunya, karena tentunya kemerdekaan kita bukanlah sekedar hadiah dari Jepang belaka, namun dibalik itu semua ada perjuangan yang amat luar biasa, dan beberapa peristiwa lain yang melatar belakangi Kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan Wakil Indonesia dengan Marsekal Terauchi
Pada 10 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat terbang ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi. Dalam pertemuan itu, wakil-wakil Indonesia diberitahu bahwa Jepang berada diambang kekalahan.
Peristiwa Rengasdengklok
Dua hari setelah pertemuan di Dalat, Sutan Syahrir mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Soekarno belum yakin atas desakan itu. Pada 16 Agustus 1945, peristiwa yang kita kenal dengan penculikan kaum tua oleh kaum muda pun terjadi. Soekarno dan Hatta “diculik” ke Rengasdengklok dan kaum muda terus mendesak agar proklamasi segera dijalankan
Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok dan Perumusan Teks Proklamasi
Penyusunan Teks Proklamasi
Setelah peristiwa Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mereka bertemu dengan Mayor Jenderal Oosugi Nishimura, selaku Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Nishimura mengemukakan bahwa Jepang harus menjaga status quo dan tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia seperti yang dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat.
Soekarno dan Hatta merasa kecewa dengan keputusan. Mereka kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk melakukan rapat guna menyiapkan teks Proklamasi.
Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, dan disaksikan oleh Soekardi, B.M. Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik. Teks Proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Setelah disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik teks tersebut menggunakan mesin tik milik Mayor Dr. Hermanto Kusumobroto (dari kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman).
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno yang terletak dii Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi No.1), acara Proklamasi dimulai. Pukul 10 pagi, Soekarno membacakan teks Proklamasi dan pidato singkat. Kemudian, bendera Merah Putih, dijahit oleh Ibu Fatmawati, yang kemudian dikibarkan oleh seorang prajurit PETA bernama Latief Hendraningrat yang dibantu oleh Soepardjo dan seorang pemudi yang membawa nampan berisi bendera Merah Putih. Setelah bendera berkibar, lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh semua hadirin. Bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Proklamasi Nasional hingga saat ini.
Kisah Unik Saat Peristiwa Proklamasi
Pada hendak menyusun teks proklamasi, Soekarno mengusulkan agar Hatta lah yang menyusun teks proklamasi itu, sebab Hatta memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Atas saran itu, Hatta pun menyetujui nya, namun Hatta meminta agar Soekarno lah yang tetap menulis naskah tersebut, karena menurut Hatta, tinta proklamasi ini akan menjadi tinta emas dan pena itu akan menjadi saksi sejarah di kemudian hari, dan menjadi kenangan serta pegangan berharga bagi generasi penerus. Soekarno pun setuju dengan usul Hatta, alhasil Soekarno pun menulis sendiri dengan didikte oleh Hatta.
Kemudian Hatta memperbaiki beberapa kata dalam teks proklamasi tersebut seperti kata pemindahan, diselenggarakan, saksama, tempoh, dan terakhir wakil bangsa Indonesia. Lalu, ada perbedaan pendapat saat menulis kata “saksama” Bung Hatta berpendapat yang benar adalah “saksama”, namun Soekarno berpendapat “Seksama” lah yang tepat. Saat itu Bung Hatta belum beristri, dan Soekarno melontarkan perkataan “sek sama siapa?” Mendengar perkataan itu, kedua tokoh proklamator ini menjadi saling pandang dan memperlihatkan senyumnya, suasana yang kala itu tegang pun, menjadi cair karena lelucon dari Bung Karno.
Isi Teks Proklamasi
Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
(Tanda Tangan Soekarno-Hatta)
Mengapa Tahun dalam Isi Teks Proklamasi Tertulis 05?
Penulisan tahun ‘05 di sini bukanlah singkatan dari tahun 1945 hijriyah namun, angka tahun di sini melambangkan penanggalan sesuai tahun Kekaisaran Jepang yang pada saat itu berlaku di Indonesia.
Tahun ‘05 sendiri adalah kependekan dari penulisan tahun 2605 kekaisaran Jimmu Jepang, yang jika dikonversikan ke tahun Masehi, maka sama dengan tahun 1945 M. Para ahli sejarah di Jepang mengkalkulasikan penanggalan Jepang ini berdasarkan kitab abad ke-8 yang berisi mitos kelahiran negara Jepang. Isi singkatnya yaitu “dewa turun dari langit dan menciptakan negeri Jepang pada 660 Sebelum Masehi.
Sistem kalender pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia itu dikenal dengan nama kalender Sumera, atau kalender Jimmu Jepang. Namanya diambil dari kaisar pertamanya, Kaisar Jimmu.
Sumber
Suharya, Toto. 2020. Meluruskan Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Suatu Kajian Terhadap Buku Teks Pelajaran Sejarah. Dalam jurnal Chronologia (2020) Vol. 2 No.2 hal.88-94.